Senin, 15 Mei 2017

Trip to Sumbawa Barat (1)

Hello Unegers! 

Kali ini saya ingin sedikit berbagi cerita ngetrip saya dan tim ahli saya (wkwkwk) ke Sumbawa Barat bulan Januari lalu. Yaaaah, walaupun udah kadaluwarsa boleh lah ya dibagi-bagi dikit hehehe. Anyway, keberangkatan kita ini dalam rangka menikmati tiga hari masa liburan semester ganjil. Kami memutuskan ke Sumbawa Barat supaya bisa lebih leluasa menikmati waktu luang yang kami miliki. Yaaah, quality time dikit boleh lah ya, hehehe

Yuk, tanpa basa basi lagi kita langsung berangkaaattt!!!

16 Januari 2017

Pos kumpul kami di rumah Indah. Pukul 14.00 kami berangkat ke Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Kami beranggotakan enam mahasiswa kece: Cendra, Arif, Nugrah, Indah, Cindy, dan saya tentunya, kkk. Perjalanan kami lancar dan cukup mulus. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang laur biasa menakjubkan. Saya terakhir kali ke KSB tahun 2012 untuk kirab pataka HUT NTB. Rasanya senang banget bisa ke sini lagi.

Tim ekspedisi KSB

Kami berhenti di Maluk sejenak untuk shalat Ashar. Usai shalat, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Desa Meraran, Kecamatan Seteluk. Paman Nugrah dan keluarga beliau dengan senang hati menampung kami selama masa liburan di KSB *sungkem. Tiba di Meraran, kami singgah sebentar untuk menaruh barang. Tanpa berlama-lama, kami melanjutkan perjalanan kami ke tujuan pertama: Poto Batu!

Berhenti sejenak di pinggir jalan buat foto wkwkwk



Poto Batu sudah menjadi incaran saya sejak lama. Tempat ini bahkan disebutkan dalam salah satu lagu Sumbawa berjudul ‘Samawa Balong’ yang dipopulerkan oleh Ace LL dan Yuni Shara.

Semongkat ling Batulanteh
Poto Batu ling Taliwang
Nan pang tu saliper ate

(Semongkat di Batulanteh
Poto Batu di Taliwang
Itu tempat kita melipur lara)

Ups, btw udah pada tau belum Poto Batu itu apa? Secara bahasa, Poto Batu dalam bahasa Samawa berarti ‘Ujung Batu’. Poto Batu adalah nama sebuah pantai di Kecamatan Taliwang yang memiliki lanskap bebatuan di tepi pantainya. Ikon utama Poto Batu adalah sebuah batu berukuran besar dengan lubang di tengahnya yang membentuk sebuah gua.

 

Ini nih ikon Poto Batu. Kelihatan kan guanya? Plus coretannya -_-


Menikmati senja di Poto Batu adalah kegiatan yang sangat menakjubkan. Suasana pantai yang relatif tenang kendati berada di tepi jalan utama membawa kesan melankolis yang asyik untuk dinikmati bersama maupun seorang diri *asal jangan melamun aja ya, ntar kesambet soalnya. Deburan ombak tampak silih berganti menghantam bebatuan, menciptakan riak air yang indah. Poto Batu juga memiliki landasan pasir yang datar dan memanjang sehingga kita bisa puas-puasin berlarian di atasnya. Pantainya juga bersih, jadi bakalan betah berlama-lama di sana. Sayangnya, batu besar yang menjadi ikon Poto Batu tidak lagi terkondisi seperti aslinya. Dinding-dinding batunya banyak tergores coretan tangan-tangan kurang kerjaan. Banyak juga sampah bungkus makanan, minuman, dan rokok yang berserakan di dalam gua. Hmmm… bukan cuma mahasiswa yang harus terpelajar. Wisatawan Indonesia juga harus lebih terpelajar dengan tidak membiasakan diri mencoret-coret asset wisata apalagi sampai mengotorinya. Nge-trip sih boleh, tapi gak pake jahil ya, guys!






Puas menikmati senja di Poto Batu, malam harinya kami meluncur ke Kemutar Telu Center (KTC) yang merupakan pusat pemerintahan KSB. Suasana malam ini sangat sepi, mungkin karena baru selesai hujan kali ya. Kami membelokkan motor ke arah Masjid Darussalam yang menjadi salah satu ikon Taliwang. Masjid ini sangat besar dan indah. Nuansa warna hijau, putih, dan emas mendominasi arsitektur masjid.

Numpang makan bentar ya, hehehe
Penampakan Masjid Darussalam dari luar
Interior masjid


Masjid Darussalam sempat menghebohkan masyarakat KSB karena kasus seorang warga yang bunuh diri dari puncak menara di Hari Raya Idul Adha. Semenjak itu, area menara ditutup untuk umum. Nah, di sinilah awal mula sedikit pengalaman mistis kami saat berkunjung ke masjid ini (NB: postingan ini tidak bermaksud memprovokasi atau merusak citra pihak manapun. Ini murni postingan berdasarkan pengalaman pribadi. Setiap orang tentu memiliki pengalaman dan kesan berbeda). Saat hendak masuk ke area masjid, samar-samar saya melihat sesosok pria dewasa berpakaian serba putih tengah menaiki tangga ke puncak menara. Hanya sekelebat bayang putih agak terang yang saya saksikan. Mungkin hanya halusinasi saja, karena nyatanya hanya saya yang memperhatikan. Kami kemudian berjalan menuju ke lantai dua masjid. Seperti yang saya sampaikan, masjid ini memiliki arsitektur yang sangat indah. Dari lantai dua kami bisa melihat beberapa orang tengah membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. 

Kami kemudian melangkah menuju lantai tiga. Nah, kali ini kami berenam kompak merasakan hal yang sama. Ada aura berbeda yang kami rasakan semenjak menginjakkan kaki di pertengahan tangga menuju lantai tiga. Entah bagaimana mendeskripsikannya. Rasanya kehadiran kami berenam seakan-akan sedang mengusik ‘sesuatu’. Saat tiba di lantai tiga, jujur saja bulu kuduk saya seketika meremang. Yang saya rasakan pertama kali adalah tidak nyaman dan gusar. Lantai tiga masjid ini seakan sudah lama tidak terjamah. Ada bocor di beberapa tempat dengan genangan air yang cukup banyak. Beberapa titik plavonnya rusak, dan penerangan yang cukup minim. Kami berenam bahkan tidak banyak bercakap-cakap selama di lantai tiga. Kami melihat tangga selanjutnya yang menjadi akses menuju menara telah ditutup dengan kayu dan kawat, menunjukkan bahwa area itu tidak boleh diakses. Kami tidak berlama-lama di lantai tiga.

Hantu? Bukaaaan. Cuma bayangan kami berenam kok :')
Saya merasa cukup sedih sebenarnya melihat kondisi Masjid saat itu. Semoga sekarang kondisinya sudah lebih baik. Masjid sebagai rumah ibadah sekaligus pusat kajian keislaman sudah seharusnya dibuat senyaman mungkin untuk setiap jamaah yang menggunakannya. Saya berharap apa yang kami alami saat itu hanya kebetulan saja, karena memang pada saat itu kondisinya sedang musim hujan jadi beberapa bagian masjid memang belum diperbaiki.

Masalah kami malam itu rupanya belum selesai. Saat kami mengambil motor di parkiran, kami dikejutkan hilangnya helm Nugrah. Hmmm, kok rasanya kesel ya? Bahkan di rumah Allah sekalipun hati manusia ada juga yang belum terketuk. Semoga pelakunya bisa segera dapat hidayah, aamiin. Kami lalu menghabiskan waktu dengan berkeliling kawasan KTC, salah satunya mengunjungi Kanto Bupati dan Sekda KSB yang lokasinya tepat berhadapan dengan Masjid Darussalam. Puas berkeliling, kami lalu mengarahkan kemudi ke Taman Tiangnam. Namanya lucu banget, kayak nama tempat di Tiongkok hehehe. Taman ini tidak terlalu luas, namun tertata cukup apik. Bahkan ada area fitness mainan buat anak-anak. Biarpun cuma mainan tapi rasanya tetap saja seperti berolahraga di fitness center. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol dan makan bakso tak jauh dari taman. Nah, si Indah tiba-tiba mewek pas saya tinggalin belanja ke minimarket. Usut punya usut, ternyata dia bilang ada sosok bapak-bapak yang seakan-akan melambaikan tangan padanya saat tadi meninggalkan area masjid. Yang bikin horor adalah karena saat melintasi tempat itu sama sekali tidak ada orang melintas, ditambah lagi sosok bapak-bapak itu tampak gelap di keremangan malam. Jadi, siapakah sosok bapak itu? Wallahu a’lam bish-shawab.

Well, demikian pengalaman hari pertama kami di KSB. Walaupun agak sedikit dibumbui cerita mistis, tapi kami senang bisa menikmati liburan kami di sini. There are many things to do tomorrow. So don’t miss it!!!

Anyway, ini dia cuplikan keseruan kami di hari pertama:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar