Selasa, 01 September 2015

RESPEK UTS 2015 DAY 1: Berat Berat Gembira

Dear Unegers!

Mari kita lanjutkan potongan kisah di edisi sebelumnya ya!

Hingga pukul 01.30, saya belum juga mendapat giliran. Saya membantu teman-teman perlengkapan mengambil karpet untuk panggung utama, lalu tertidur di dekat printer, dan terbangun dua jam kemudian. Saya melihat Opan tengah mencetak sesuatu. Saya terbangun dan mendekatinya.

“Mau nge-print, Mi?” tanyanya pelan.

“Mmm, teklap belum di-print dari tadi,” kata saya.

Ketika Opan selesai, saya segera mengambil alih printer dan mencetak lembar demi lembar teklap.

“Aku boleh tidur ndak?”

“Mmm... tidur aja,” jawab saya pelan. Opan menarik napas lega lalu meninggalkan saya.

Saya menatap seluruh ruangan, memperhatikan tubuh-tubuh kelelahan yang menghampar di hadapan saya. Hari ini semuanya harus berhasil, tekad saya dalam hati.


Saya memutuskan untuk tetap terjaga hingga pukul 04.30 dan membangunkan teman-teman yang masih tertidur pulas. Briefing hari pertama kami dimulai agak terlambat, menyebabkan serentetan keterlambatan lainnya.

Saya dan Un bergegas ke lapangan depan gedung Psikologi, tempat para peserta berkumpul. Lapangan serta area parkir di gedung Oranye telah dibanjiri mahasiswa. Kami dengan sigap mengarahkan mereka semua untuk berbaris.

Kejutannya adalah, dari keseluruhan jumlah mahasiswa baru, lebih dari setengahnya datang terlambat dan tidak membawa atribut lengkap! Komisi disiplin sampai kewalahan. Saya pun tak kalah terkejutnya. Awalnya saya meminta agar satu angkatan dihukum serempak jika yang melanggar lebih dari 40 orang. Ini sih memang lebih dari 40 orang, tapi angkanya terlalu fantastis *ngelus dada*. Pak Win akhirnya memberi teguran keras pada para pendamping, disaksikan seluruh mahasiswa (sebenarnya ini hanya skenario untuk memberi efek jera ke mahasiswa, agar mereka sadar kalau mereka berbuat kesalahan, bukan mereka saja yang menanggung akibatnya). Hal ini cukup memberi efek kejut bagi semuanya.
Kedatangan mahasiswa


Mahasiswa yang melanggar sedang ditegur
Pemandangan pagi di kaki Olat Maras
Pak Win menegur seluruh pendamping
Saya dan Uni kembali ke lapangan utama, mempersiapkan acara berikutnya. Satu demi satu pleton pasukan datang dan mengisi tenda utama. Para tamu undangan dan pengisi acara mulai berdatangan. Pukul 08.30, upacara pembukaan Respek dimulai dengan barisan pembawa bendera Merah Putih, bendera UTS, dan bendera fakultas yang memasuki lapangan. Kak Bowo selaku Korlap mengenalkan bendera masing-masing fakultas kepada mahasiswa, lalu menginstruksikan mereka untuk berbaris di belakang bendera fakultas masing-masing.
Persiapan parade



Pembawa bendera




Tamu undangan
Upacara berlangsung khidmat, hingga kejutan berikutnya dimulai. Satu persatu mahasiswa berjatuhan di tengah upacara, memaksa para panitia untuk bergerak sigap membawa mereka ke pos medis. Saya cukup terkejut melihat jumlah yang tumbang mencapai lebih dari 10 orang. Tampaknya fisik mereka belum cukup siap untuk mengikuti rangkaian acara dan cuaca Sumbawa yang memang lebih panas.

Kendati cukup banyak mahasiswa yang tumbang, namun kesigapan panitia membuat upacara tetap berlangsung khidmat dan kondusif. Wakil Rektor I, Dr. Anawati, menyampaikan pesan dalam sambutan beliau agar para mahasiswa semakin giat belajar dan berprestasi ketika berada di UTS. Kegiatan Respek dibuka secara resmi dengan pengalungan name tag ke perwakilan mahasiswa oleh Bapak Tb. Sunandjaja, anggota MPR RI.
Paduan suara UTS

Suasana upacara

Pengalungan name tag oleh Bapak Tb. Sunandjaja
Usai upacara, mahasiswa diberi kejutan dengan ‘pertikaian’ antara mahasiswa dengan Korlap. Pertikaian dimulai karena ada mahasiswa baru yang datang setelah upacara pembukaan. Konflik memuncak saat Korlap hendak memukul mahasiswa, dan langsung mengundang perhatian panitia lainnya.
Korlap menegur mahasiswa yang datang terlambat
Pertikaian memanas
Hohoho, tenang aja, itu cuma skenario menuju penampilan tari Nusantara untuk menyambut mahasiswa baru. Pertikaian itulah yang memulai rangkaian tarian. Tarian Papua mengawali tarian Nusantara, dilanjutkan tarian dari NTT, Sumbawa, Bali, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Aceh. Meskipun sudah cukup sering melihat teman-teman penari latihan, saya tetap merasa merinding dengan atraksi mereka. Saya juga merasa bahagia melihat keceriaan dan antusiasme mahasiswa baru menyaksikan atraksi yang kami sajikan. Tarian Nusantara ditutup dengan pengibaran bendera Merah Putih dan bendera UTS diiringi lagu Gebyar Gebyar, yang diakhiri pembentangan spanduk ‘Welcome to UTS’. Atraksi yang sangat manis.
Tarian Papua

Antusiasme mahasiswa baru


Acara selanjutnya berlangsung dengan baik. Kami kedatangan tamu dari MPR RI yang menyampaikan seminar nasional dengan tema ‘Kampus sebagai Garda Terdepan dan Pengawal Ideologi Negara’ bersama Bapak Drs. H. Jamaluddin Malik (Bupati Sumbawa), Dr. Anawati, dan Bapak M. Yamin, SH., MH (Rektor IISBUD). Dalam materi ini, mahasiswa diberi pemahaman bahwa merekalah yang akan menjadi tonggak penerus bangsa dan akan membuat perubahan untuk bangsa ini ke arah yang lebih baik. Saya tersenyum penuh syukur melihat antusiasme mahasiwa dalam sesi tanya jawab sangat tinggi.
Keynote speech dari Bapak Tb. Sunandjaja



Sayangnya, satu hal yang tidak terprediksi terjadi. Seminar nasional hanya berlangsung hingga pukul 11.15, padahal setelah itu tidak ada acara lagi sebelum ishoma. Saya segera berkoordinasi dengan Rian, lalu menannyakan Mbak Thifa dan Pak Win. Setelah agak lama berdiskusi, kami memutuskan untuk memajukan diskusi prodi ke sebelum ishoma.

Kami kembali ke lapangan untuk melanjutkan acara. Saya dibantu Kak Bowo menginstruksikan agar semua mahasiswa dan pendamping berkumpul sesuai prodi masing-masing. Selanjutnya dilakukan pengambilan undian untuk penampilan malam inagurasi bertema ‘Nusantara’. Jadi, masing-masing prodi akan menampilkan satu atraksi yang mewakili nama daerah yang mereka ambil. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama pendamping prodi masing-masing. Saya bersyukur tidak ada kendala berarti selama diskusi prodi.
Penyampaian teknis malam inagurasi
Acara dilanjutkan dengan Ishoma selama satu jam. Waktu kembali kosong karena kami harus menunggu pemateri berikutnya. Syukurlah, Azhar mengambil inisiatif dengan mengajak peserta adu yel-yel. Di luar dugaan saya, peserta tetap antusias mengkuti kegiatan kendati cuaca kian terik. Saya merasa terpacu dengan semangat mereka, karena jujur saja energi saya terkuras habis sejak semalam. Saya bisa tertawa sejenak melihat kehebohan mereka di lapangan. Semoga sja semangat itu terus terjaga hingga mereka menyelesaikan studi mereka di UTS, aamiin...

Pukul 14.00, sesi kuliah umum dimulai. Kali ini giliran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Bapak Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M.Sc., Ph.D yang memberi kuliah umum dengan tema ‘Kiat dan Perjuangan Menjadi Sukses, Rendah Hati, dan Bermartabat’. Bersama beliau hadir juga Dirjen penyediaan Perumahan, Dr. Syarif Burhanuddin, M.Eng, Bapak Dr. H. Zulkieflimansyah (Dewan Penasehat UTS), Bapak Drs. H. Jamalauddin Malik (Bupati Sumbawa), Bapak A. Rahim (Kadis PU), serta jajaran pejabat lainnya. Bapak Menteri menyampaikan rasa bahagianya bisa bertemu mahasiswa UTS yang datang dari penjuru Nusantara. Beliau memberi motivasi kepada para mahasiswa, bahwa meskipun UTS berada di tempat terpencil, mereka tetap harus belajar yang giat dan berprestasi. “Saya aja dulu pernah sekolah di Papua, yang kondisinya tidak lebih baik dari UTS. Tapi saya berhasil sekolah ke Amerika dan sekarang menjadi menteri,” ucap beliau disambut tepuk tangan meriah dari mahasiswa.
Pak Basoeki memberi kuliah umum

Pesan Pak Menteri
Usai kuliah umum, acara dilanjutkan pengumuman atribut dan spek hari kedua, shalat Ashar, kemudian sesi lingkar wacana dengan tema ‘Desaku yang Tercinta’. Dalam sesi lingkar wacana ini, para mahasiswa diminta untuk menyampaikan permasalahan di daerah masing-masing sesuai dengan tema yang diberikan selama 40 menit. Kemudian mereka diberi waktu 20 menit untuk menuangkan hasil diskusinya dalam bentuk poster. Saya berkeliling ke setiap pleton dan merasa gembira menyaksikan semangat mahasiswa dalam mengikuti sesi diskusi. Banyak permasalahan yang bermunculan, dan banyak solusi yang ditawarkan. Pada sesi poster, kreatifitas masing-masing pleton dikerahkan. Saya tersenyum bangga melihat 20 poster yang sangat menarik telah terpanjang di depan panggung, hasil kreatifitas seluruh mahasiswa.

Pukul 17.45, acara ditutup dengan apel kepulangan. Para mahasiswa berbaris rapi di tengah lapangan. “Tutup mata kalian, tundukkan kepala, dan tutup telinga kalian,” instruksi dari Korlap kepada seluruh mahasiswa. Saat itulah, kami para panitia bergerak dari depan para mahasiswa menyebar ke sekeliling mereka. Saat mereka membuka mata, komando telah diambil alih Kak Surya untuk menyampaikan orasi. Sampai tahap ini, peserta masih ada yang bertumbangan, memacu kesigapan panitia untuk menangani mereka.

Kegiatan dibubarkan pukul 18.00. Saya dan panitia lainnya mengawal kepulangan mereka hingga gedung Oranye. Lautan manusia menghambur di sepanjang jalan. Kami lalu mengatur jalannya kendaraan mahasiswa yang meninggalkan kampus, hingga pukul 18.30. saya pun melaksanakan shalat Maghrib dan kembali ke Rektorat pukul 19.00 untuk evaluasi harian, sementara panitia lainnya tetap di gedung Oranye karena mahasiswa rantau masih banyak yang menunggu kendaraan pulang.

Evaluasi hari ini cukup banyak, terutama menyoroti banyaknya mahasiswa yang tumbang, kemudian petugas medis yang datang terlambat, dan waktu kegiatan yang terlalu sore. Imbasnya, acara hari kedua dibatasi hanya sampai pukul 17.00. Saya menatap lantai dengan lesu, karena teklap harus dirombak lagi. Huft...

“Fahmi,” Mbak Thifa memanggil saya untuk mendekat. “Mana teklap hari kedua? Sini biar aku periksa,” kata beliau.

Saya mengambil laptop lalu membuka teklap hari kedua. “Coba konfir ke Pak Ahmad jam berapa materi bakal mulai. Aku dengar besok materinya bakal dipanel. Nah, slot waktu ini kan kosong, bisa dipake buat yang lain,” instruksi beliau.

Saya memperhatikan detail acara. “Saya pindahin diskusi prodi di awal aja, Mbak. Habis peserta ngumpul di tenda langsung dipencar buat diskusi aja sambil nunggu tamu,” kata saya akhirnya.

Saya pun bergegas mencari Pak Ahmad. Acara besok ternyata memang akan dipanel dan mulai pukul 08.30. Berarti masih ada waktu satu jam untuk diskusi prodi.

Saya pun menghampiri Randa yang akan pulang ke Sumbawa. “Nitip, Jeng. Mintol teklap hari kedua di-print ya, satu aja si. Trus fotokopi rangkap 10. Makasih ya,” kata saya lalu menyerahkan dua lembar uang dua puluh ribu. Saya dan Randa sudah berteman sejak TK, dan kami satu kelas saat SMP. ‘Jeng’ itu panggilan buat kami saat SMP dan berlanjut sampai sekarang.

Baiklah, waktu sudah menunjukkan pukul 22.30. Saya memutuskan untuk tidur duluan karena besok sudah banyak acara yang menanti. Sampai jumpa di edisi berikutnya!

3 komentar: