Dear Unegers!
Masih ingat kan keseruan yang kami alami selama Respek hari ketiga bagian pertama? Kalo belum baca buka di sini dulu ya:)
Sekarang, mari kita lanjutkan keseruan kita di hari ketiga!
Upacara penutupan ditutup dengan penyematan
almamater secara simbolis oleh Rektor UTS. Acara dilanjutkan dengan pengenalan
kakak senior. Para pendamping dan panitia diminta berbaris sesuai dengan divisi
masing-masing. Kemudian satu per satu divisi dipanggil ke panggung untuk
memperkenalkan diri. Tiba saat divisi lapangan memperkenalkan diri, divisi
perlengkapan melayangkan protes keras.
“Biar dah MC yang perkenalkan kalian to,”
protes Kak Acuh dari bawah panggung.
“Lho, kenapa memangnya? Lagian MC yang
kasih saya mic,” Kak Bowo selaku Korlap tidak mau kalah.
“Eh, ndak bisa itu. Ndak adil kalo gitu.
Kita tadi diperkenalkan sama MC,” kata Kak Acuh sengit.
Pertikaian semakin memanas. Anggota divisi
perlengkapan maju dan memaksa Kak Bowo turun panggung. Insiden baku hantam tak
terhindarkan. Saya dan teman-teman yang lain hanya menatap dengan bingung. Ini
ada apa sih?
![]() |
Suasana upacara penutupan |
![]() |
Sesi perkenalan panitia |
![]() |
Divisi perlengkapan |
![]() |
Divisi lapangan |
![]() |
Pertikaian dimulai |
![]() |
Dan semakin memanas |
Astaga! Saya baru ngeh sekarang. Ini semua
skenario! Saya lalu ikut bersorak bersama teman-teman yang lain. Kak Bowo hanya
kebingungan menatap kami, lalu akhirnya tertawa. Ia lalu kembali diarak untuk
dinaikkan ke panggung.
![]() |
Kejutan buat Kak Bowo :D |
Acara perkenalan kakak senior terus
dilanjutkan. Usai perkenalan, saya meminta Munira untuk mengumumkan ke peserta
untuk menunaikan shalat Ashar.
![]() |
Divisi konsumsi (minus Adevv dan Mastar) |
![]() |
Divisi pubdekdok |
![]() |
Divisi acara :'D |
“Lho, Mi, diskusi prodi dulu, kan?” Opan
tiba-tiba melayangkan protes ke saya.
“Iya, sih, Pan. Tapi ini udah mau Ashar,
nanggung waktunya.”
“Emang udah Ashar? Belum kok. Ini kan
harusnya diskusi prodi, Mi,” Opan kembali protes.
Saya menatap teman-teman yang lain dengan
bingung, lalu balik menatap Munira. “Gimana, Mun?”
Munira tidak bisa memberi saya jawaban
apa-apa. Di sisi lain, para peserta sudah berhamburan menuju ke masjid. Akan
sangat sulit rasanya meminta mereka kembali lagi ke panggung.
![]() |
Foto panitia pasca upacara *sayangnya saya udah keburu pergi, hiks |
Tidak ada instruksi yang bisa saya ganti.
Saya membiarkan semuanya seperti itu. Saya melihat raut wajah teman-teman saya
satu persatu. Perasaan saya campur aduk seketika. Baiklah, mungkin ini salah
saya juga sebagai manajer acara. Seharusnya ada slot waktu setelah jam sebelum
shalat Ashar untuk diskusi prodi. Namun, itu dengan kondisi upacara usai pukul
15.00, tanpa perkenalan kakak senior. Saat ada rencana perkenalan kakak senior,
saya tidak tanggap dengan slot waktunya, sehingga waktu yang digunakan adalah
waktu diskusi prodi. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul 15.17, rasanya
agak riskan jika harus diteruskan dengan diskusi prodi, karena hanya tersisa 13
menit.
Saya meninggalkan panggung utama, tidak
ingin berlarut-larut dengan perasaan bersalah. Saya segera membuat undian
malam inagurasi dan daftar penampilan peserta.
Saya membuat semua itu dengan perasaan
sedih, kecewa, dan kesal. Sedih karena hari ini saya gagal menjalankan tugas
dengan baik. Mungkin saya panitia dengan kinerja terburuk di hari ketiga ini.
Outbond berantakan, jadwal molor, dan sekarang persiapan malam inagurasi
terbengkalai. Kecewa karena tidak bisa membuat teman-teman saya paham dengan
situasi yang terjadi. Kesal, karena saya justru membuat diri saya sendiri
terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan.
Un—yang datang belakangan dan melihat wajah
saya memerah menahan amarah—hanya menepuk bahu saya perlahan. Fitri juga juga
datang menghampiri saya. “Kayaknya aku gagal jadi panitia hari ini,” ucap saya
pelan.
Usai mengurus undian malam inagurasi, saya
bergegas untuk shalat Ashar. Usai shalat Ashar, saya kembali ke panggung
untuk mengumumkan pengambilan undian malam inagurasi, sekaligus membuka sesi
gladi bagi seluruh prodi. Rian dan Opan membantu saya mengisi sesi tersebut.
“Sini biar aku bantu,” kata Opan saat saya
memperbaiki daftar penampilan peserta. Saya meninggalkannya karena ada hal lain
yang harus saya kerjakan.
Tak lama setelah itu, Mbak Thifa memanggil
semua anggota divisi acara untuk berkumpul membahas teknis malam inagurasi.
Rapat berjalan cukup alot dan melelahkan karena ada beberapa intervensi yang terjadi.
Akibatnya, kami harus melakukan rapat besar darurat untuk menentukan nasib
malam inagurasi.
“Mi, ntar duduk di sebelahku ya pas rapat,”
pinta Opan. Saya hanya menatapnya dengan perasaan sedih. Dia yang harus
menerima intervensi paling banyak karena malam inagurasi adalah tanggung
jawabnya.
Saya dan Munira kolaps menerima beban
seberat itu menjelang acara. Mbak Thifa memberi saya minum untuk menenangkan
diri.
“Ya udah, Mbak. Sekarang kita harus gimana?
Rapat besar, ya?” kata saya setelah menguasai diri.
Kami pun rapat di taman gedung BRI. Rian
memimpin jalannya rapat persiapan malam inagurasi, bersama panitia dan juga SC.
Saya, Munira, dan Opan bergantian memberikan tambahan-tambahan yang sekiranya
perlu diketahui panitia lain. Setelah itu kami bergerak cepat. Pak Win
menginstruksikan kepada seluruh mahasiswa agar memindahkan kendaraan dari
gedung Oranye ke gedung Rektorat. Kak Febi, Yuli, Kak Rozzy, dan Mastar
menginstruksikan seluruh prodi agar mengambil buku panduan akademik. Uni dan
Lamro mengkoordinir persiapan tiap prodi untuk penampilan mereka semua. Saya
dan Opan mencetak rundown malam inagurasi.
Kami baru selesai saat adzan Maghrib. Mbak
Thifa dan Kak Surya mencegat langkah kami saat akan ke panggung.
“Udah shalat?” tanya Mbak Thifa. Kami
berdua kompak menggeleng.
“Shalat dulu, habis itu baru ke panggung,”
kata beliau lagi.
Kak Surya ikut menyemangati kami. “Malam
ini, acara punya kita. Jalan aja. Kalo ada yang intervensi, kasih tau saya.”
Saya merasa terharu mendapat suntikan
semangat dari mereka. Kami bergegas ke masjid untuk shalat Maghrib. Dalam
hati saya bertekad, apapun yang terjadi, malam inagurasi kami harus sukses! Ya
Allah, kuatkan kami, aamiin.
Usai shalat, saya dan Opan langsung ke
panggung mengambil alih komando. Munira tampak masih mengurus sesuatu di
panggung. Sedianya Ayu dan Yunan yang akan menjadi MC. Namun karena situasi
darurat, kami harus mengambil alih acara untuk sementara waktu.
Usai membereskan bagian pembukaan acara,
saya menghampiri beberapa dosen SC untuk meminta konfirmasi mengenai sesi
perkenalan dosen-dosen SC. Seharusnya ada sesi perkenalan sebelum malam
inagurasi, yakni pukul 18.30. Namun, karena waktu sudah menunjukkan pukul
19.00, dan kami hanya punya slot waktu hingga pukul 22.00, maka kami tidak bisa
menyediakan slot waktu lagi.
“Kalian jalan aja, yang penting malam ini
semuanya senang-senang,” kata Pak Ahmad dan Pak Fitroh.
Malam inagurasi semakin ramai. Penonton
kami bukan hanya dari mahasiswa baru, namun juga mahasiswa angkatan 2013 dan
2014, serta orangtua mahasiswa ikuti menyempatkan diri untuk menonton. Alhasil,
lapangan utama menjadi sangat ramai pengunjung.
![]() |
Suasana malam inagurasi |
Di beberapa penampilan awal, kami agak
kelabakan menyiapkan keperluan peserta, seperti mic dan clif on, karena
koordinasi dengan kru panggung belum harmonis. Peserta di belakang panggung
juga belum terkoordinir. Seiring waktu, kami menemukan irama yang pas untuk
mengatur jalannya acara. Kru panggung dengan sigap membantu kami. MC dan time
keeper sudah ‘on’ dengan kondisi panggung, dan para peserta telah terkondisikan
dengan baik. Mbak Silmi dan Mbak Thifa membawakan kami makan malam, jajanan,
dan air minum.
“Kalian makan dulu, jangan sampe ambruk,”
kata Mbak Thifa lalu menyodorkan kami nasi. “Oh iya. Fahmi, misi kamu adalah si
Opan harus mau makan. Jangan sampe dia nggak makan,” kata Mbak Thifa lagi. Dahi saya berkerut, lalu sedetik kemudian saya hanya tertawa.
Kami pun akhirnya membagi tugas. Sementara
Opan meng-handle panggung bersama kru acara yang lain, saya dan Un bergegas
makan malam. Setelah kami makan, saya langsung menarik Opan untuk makan malam,
dan mengambil alih belakang panggung.
Saya tidak sempat untuk menikmati acara
secara keseluruhan. Yang ada dalam kepala saya saat ini adalah, semua peserta
harus tampil maksimal dan sesuai dengan durasi yang ditetapkan. Saya banyak
berkomunikasi dengan kru panggung, time keeper, MC, dan para peserta. Tak lupa
saya menyemangati para peserta agar tampil tanpa beban saat berada di atas panggung.
Ada hal yang cukup lucu terjadi di belakang
panggung. Beberapa kali saya melihat Opan memberi instruksi dengan keras ke peserta,
seakan memarahi. Melihat ekspresi mereka yang seperti ‘down’ sehabis ‘digoreng’
Opan, saya buru-buru menghampiri mereka untuk menenangkan, memberi
pengertian dan juga menyemangati mereka.
“Malik, kamu nggak papa?” tanya saya usai
Malik—salah satu mahasiswa baru—‘digoreng’ Opan.
“Nggak papa, Kak.”
“Gini aja. Sekarang, apa yang ada di
panggung dimaksimalin aja, ya. Pokoknya apapun yang terjadi, kalian nikmatin
aja panggungnya, senang-senang aja ya. Semangat!” kata saya memberi pengertian sambil
menepuk-nepuk bahu mahasiswa rantau itu.
Yah, jadilah kami berdua seperti ‘Angel and
Devil’ malam itu.
Karena penampilan malam inagurasi kali ini
bertema ‘Nusantara’, kami bisa menyaksikan berbagai atraksi dari berbagai
daerah di Indonesia. Ada yang menampilkan tarian, nyanyian, drama, dan berbagai
atraksi lainnya. Secara keseluruhan saya melihat penonton terhibur dengan
atraksi seluruh mahasiswa. Selain dari mahasiswa baru, kami juga menyaksikan
penampilan sakeco dari IISBUD ) Institut Ilmu Seni dan Budaya) Samawa Rea.
Penampilan sakeco kontemporer itu rencananya akan tampil dalam festival budaya
di Jerman. Suatu kebanggaan tersendiri menyaksikan salah satu kebudayaan Tana
Samawa ini akan dipentaskan di kancah dunia.
![]() |
Penampilan Sakeco dari IISBUD Samawa Rea |
![]() |
Penyerahan hadiah 'Group of The Year' |
Penampilan malam inagurasi ditutup oleh
Fakultas Teknobiologi—fakultas saya tercinta—yang menyuguhkan penampilan dari
provinsi NTT. Adik-adik tingkat saya menyuguhkan drama, tarian, serta permainan
musik tradisional NTT yang ditutup penampilan beat box dan pembentangan kain
putih bertuliskan ‘FTB UTS’. Great job kids!
Penampilan malam itu belum usai. Setelah
semua prodi menampilkan penampilan terbaik mereka, lampu di arena utama
seketika dipadamkan. Kemudian saya, Onk, Uni, dan Opan naik ke panggung lalu
meletakkan beberapa lilin di pinggir panggung. Di saat yang bersamaan, seluruh
peserta telah memegang lilin mereka masing-masing. Satu per satu lilin-lilin
itu menyala di kegelapan malam. Kami memasuki sesi terakhir: renungan lilin.
UKM Seni membuka renungan dengan menyanyikan lagu ‘Darah Juang’. Penampilan
yang sangat menyentuh dan menggetarkan. Munira kemudian masuk dan membacakan
bait-bait puisi bertemakan mahasiswa untuk mengobarkan jiwa kemahasiswaan
seluruh peserta. Pada beberapa bagian, seluruh panitia menanggapi puisi Munira
dengan meneriakkan kata-kata ‘Kami, mereka, kita yang beregrak’ serta ‘Kritis
dan berkarya’ dengan sangat lantang, membuat suasana semakin membara. Kami lalu
menyanyikan lagu ‘Darah Juang’ bersama-sama.
![]() |
Suasana renungan lilin |
Usai renungan lilin, lampu kembali
dinyalakan. Pak Ahmad selaku Ketua SC menutup secara resmi acara malam
inagurasi. Kami bersorak gembira. Alhamdulillah, acara kami berlangsung meriah
dan sukses. Saya hanya bisa tersenyum melihat ekspresi gembira para mahasiswa
serta sesama teman panitia dan pendamping. Kami berhasil menjalankan misi ini
dengan baik.
Tugas kami belum selesai sampai di sini.
Saya, Opan, Lamro, dan Onk melakukan penyisiran di sepanjang jalan dari kampus
ke Sumbawa Besar untuk memastikan bahwa peserta pulang ke rumah dengan selamat
dan tidak ada yang keluyuran ke taman-taman atau tempat hiburan lainnya.
Saya dan Opan berbincang-bincang sepanjang
perjalanan, tentang malam inagurasi, tentang penampilan prodi kami
masing-masing, tentang peristiwa tadi sore, dan yang lainnya. Saat di
perjalanan pulang, saya minta ganti pengemudi. Mata saya tidak kuat lagi untuk
membawa motor. Saat kami kembali ke kampus, suasana panggung masih meriah
dengan teman-teman panitia. Mereka menyanyi, menari, dan bergembira ria.
Saya memutuskan langsung tidur saja usai
menyaksikan keriuhan mereka di panggung utama selama beberapa menit. Mata saya
tidak bisa ditoleransi lagi. Sekali lagi saya bersyukur, acara kami hari ini
berlangsung sukses. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rangkaian acara Respek UTS
2015 berlangsung sukses. Perjuangan kami selama dua bulan terakhir terbayar
lunas hingga hari ketiga ini.
Oke, kata-kata terakhir harus saya putus di
sini. Kenapa? Karena besok masih ada acara yang tidak kalah seru! Ikuti terus
yaaa!!!
NB: Makasih buat divisi pubdekdok Respek UTS 2015 atas foto-foto kecenya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar