Hai Unegers!
Apa kabar? Kali ini saya akan berbagi sedikit kisah tentang
pengalaman saya mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) 2017.
FYI, Pilmapres ini merupakan ajang yang sangat bergengsi di kalangan mahasiswa.
Ajang ini diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristek Dikti) setiap tahunnya untuk mencari mahasiswa terbaik
Indonesia dalam kapasistas akademik maupun non akademik. Seorang Mahasiswa Berprestasi
(Mawapres) memiliki kriteria sebagai berikut: kemampuan akademik (IPK),
prestasi, kemampuan menulis (karya tulis), kemampuan bahasa Inggris (lisan dan
tulisan), serta kepribadian. Para pemenang Mawapres mendapat prioritas dalam
aplikasi beasiswa dan peluang-peluang lain yang diselenggarakan oleh Dikti, dan
memiliki kebanggaan sendiri bagi mahasiswa. Nggak heran setiap tahunnya Pilmapres
selalu berlangsung ketat, bahkan sejak seleksi tingkat jurusan pun! Setiap
universitas hanya boleh diwakili oleh satu Mawapres saja, karena itulah hanya
yang terbaik yang akan terpilih.
Pilmapres 2017 sebenarnya merupakan Pilmapres kedua buat
saya. Tahun lalu, saya ditunjuk langsung untuk mewakili fakultas untuk seleksi
di tingkat universitas. Saya sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, tapi apa
daya seleksi tingkat Kopertis sudah dilaksanakan. Jadi, tidak bisa
berpartisipasi di tahun 2016. Untuk tahun 2017 sendiri, pemenang Mawapres dari
PTN langsung maju ke seleksi nasional, sementara pemenang Mawapres dari PTS
akan diseleksi di tingkat Kopertis untuk memilih Mawapres yang berhak mewakili
Kopertis tersebut.
Keikutsertaan saya di Pilmapres 2017 pun sebenarnya
merupakan sebuah ketidaksengajaan. Saya menggantikan kandidat yang seharusnya
menjadi Mawapres Fakultas Teknobiologi 2017 karena yang bersangkutan harus
melakukan magang dan penelitian pada rentang waktu pelaksanaan Pilmapres 2017.
Persiapan yang cukup mepet saya lakukan mengingat penggantiannya juga mendadak.
Alhamdulillah saya bisa menyiapkan semuanya dengan baik.
Singkat cerita, tibalah waktunya seleksi tingkat
universitas. Hanya ada tiga peserta dari tujuh fakultas di UTS. Rupanya
fakultas lain belum siap mengirimkan wakilnya. Akhirnya setelah melalui
rangkaian seleksi, Alhamdulillah saya terpilih menjadi Mawapres I Universitas
Teknologi Sumbawa 2017. Saya selanjutnya akan mengikuti seleksi Pilmapres
Tingkat Kopertis Wilayah VIII di Denpasar, Bali.
26 April 2017
Pukul 06.15, travel saya dan Pak Baso berangkat menuju
Mataram. Loh, mau ke mana ini?
So, singkat cerita, sekitar dua minggu yang lalu kami
mendapat surat undangan dari Kopertis Wilayah VIII untuk mengikuti seleksi
Pilmapres 2017 di Kantor Kopertis Wilayah VIII di Tembau-Penatih, Denpasar
Timur. Lucunya, ada beberapa kejanggalan yang saya temukan dalam undangan itu
beserta panduan yang dikirimkan. Di undangan tertulis bahwa seleksi diadakan
tanggal 27 April, sedangkan berkas harus dikirimkan paling lambat tanggal 25
April nah, di panduannya tertulis bahwa seleksi terdiri dari dua tahap, yakni
seleksi berkas dan seleksi final. ‘Lah,
kapan waktu seleksinya?’ tanya saya dalam hati. Masa iya berkas sebanyak
itu rampung sehari?
Akhirnya saya meminta bantuan Mbak Lulu, staf Kemahasiswaan
UTS, untuk mengontak pihak Kopertis. Dan inilah balasannya:
‘Seleksi berkas dilakukan tanggal 25, pengumuman finalis
tanggal 26, final tanggal 27’. Oh my gosh, hello?! Are you kidding me?! Saya
tak kuasa menahan rasa ‘ingin membenturkan kepala ke tembok’ saya saat itu. Ini
mau seleksi Mawapres atau wawancara pengurus UKM sih? Mepet bener waktunya.
Ditambah lagi saat itu saya ada kesibukan lain, jadilah saya keteteran sana
sini mengurusi berkas-berkas saya. Belum lagi harus membuat video presentasi
dalam bahasa Inggris. Saya bersyukur ada adik-adik tingkat saya yang bersedia
membantu selama proses syuting hingga editing. Ujiannya tidak berhenti sampai
di situ. Sempat ada kendala internal beberapa hari menjelang pengiriman berkas
saya sampai sempat merasa frustasi. Pengiriman berkas pun akhirnya terlambat
dari target karena kendala editing video. Mulai dari software yang ngadat di
tengah instalasi, sampai mati listrik di rumahnya si Afif (sang maestro
editor). Akhirnya dengan sisa tenaga, saya memaksa Afif untuk merampungkan
video. “Pokoknya gue nggak mau tau, jam 2 semuanya udah harus beres!” kata saya
waktu itu.
Alhamdulillah, kami berhasil merampungkan video pukul 14.00.
Saya segera mengupload video saya ke Youtube, kemudian mendapatkan link video,
dan mencetaknya di kertas A4. Setelah semua berkas beres, saya langsung tancap
gas ke JNE untuk mengirim paket. “Paketnya sampai sekitar 2-3 hari ya Mas,”
kata si Mbak pelayan.
Saya hanya mengelus dada. Itu tanggal kirimnya tanggal 23
April. Kalau sampai 3 hari kemudian, bisa-bisa saya nggak lolos seleksi berkas
dong? Akhirnya keesokan harinya saya kembali mengganggu Mbak Lulu, minta tolong
file saya dikirimkan via email. Pak Win, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan
UTS, juga ikut sibuk memastikan kalau dokumen saya sudah diterima. Sayangnya,
tidak ada tanggapan dari Kopertis.
Sore harinya, saya dipanggil ke ruang Pak Rektor. “Mi, besok
pagi kamu berangkat ke Bali, ya?” kata Pak Andi, Rektor UTS.
“Tapi, saya kan belum tentu jadi finalis, Pak,” kata saya.
“Nggak papa. Kalo nggak lolos ya anggap aja liburan.
Pokoknya besok pagi kamu sama Pak Baso (Dekan Fakultas Teknobiologi UTS
sekaligus dosen pembimbing saya) berangkat ya. Ini saya pesankan tiket
pesawatnya,” kata pak Rektor.
Akhirnya malam harinya saya bergegas mencari bus travel.
Alhamdulillah masih ada yang kosong. Dan di sinilah saya sekarang, di atas bus
travel, hehe. Di atas kapal saya mengerjakan slide presentasi saya. Sampai di
Mataram, kami makan siang sejenak di mall, kemudian langsung tancap gas ke
Bandara Internasional Lombok (BIL). Pesawat yang harusnya berangkat pukul 17.40
malah molor jadi pukul 20.00. kami tiba di Bali menjelang pukul 21.00, dan tiba
di hotel sejam kemudian.
Saya bersyukur karena sepanjang perjalanan dari Sumbawa
sudah mengontak Wahyu, adik tingkat saya yang dulu pernah membantu saat
pengajuan visa Jepang saya. Dari Wahyu, saya bisa dapat informasi tentang
penginapan dan transportasi ke lokasi. Wahyu berhasil mem-booking sebuah kamar
hotel yang jaraknya sangat dekat dengan kantor Kopertis, cukup jalan kaki
kurang dari 5 menit. Thanks a lot, Wahyu!
Sesampainya di hotel, saya bertemu dengan Wahyu. Huaaa…
rasanya senang banget bisa ketemu lagi. Terakhir ketemu Wahyu ya saat buat visa
dulu, tahun 2014. “Saya udah nggak tinggal di Jimbaran, Kak. Sekarang di
Denpasar, soalnya ngampusnya juga di Denpasar,” katanya saat kami ketemu di
hotel. Wahyu menemani saya malam itu berbelanja makanan dan mengambil uang di
ATM, untuk stok hidup sampai esok harinya. Pukul 22.30, Wahyu izin pamit. Saya
langsung melanjutkan menyelesaikan slide presentasi saya hingga lewat tengah
malam. Bismillah, semoga besok bisa maksimal.
27 April 2017
Saya bersyukur karena Pak Rektor telah meminta saya
berangkat tanggal 26. Kenyataannya, hingga pagi ini pun tidak ada pemberitahuan
perihal siapa finalis Pilmapres Tingkat Kopertis Wilayah VIII. Akhirnya, dengan
rasa ketidakpastian, saya dan Pak Baso berangkat ke medan perang, eh salah,
kantor Kopertis Wilayah VIII. Asli deket banget! Cuma selang dua rumah dari
hotel kami :’D Once again thanks a lot Wahyu!
Pukul 08.30 kami tiba di halaman kantor. Saat itu saya
melihat dua wanita cantik berwajah khas Bali turun dari mobil *sayangnya nggak
ada efek angin yang menerpa rambut kedua wanita itu ala ala sinetron wkwkwk.
Tak lama berselang muncul juga seorang laki-laki seusia saya dengan topi khas
*entah daerah mana saya kurang tau* datang bersama seorang wanita, yang
kelihatannya dosen pembimbing laki-laki itu. Kami berjalan ke arah resepsionis.
Si Mbak berwajah Bali menanyakan lokasi Pilmapres, lalu ditunjukkan oleh Bapak
petugas. Saya dan Pak Bas hanya mengekori langkah keempat orang tersebut. Saat
tiba di koridor aula, kami disambut pihak Kopertis. Pak Bas langsung menanyakan
kedua wanita tadi. Ternyata mereka perwakilan dari STIKES Bali. Satu
mahasiswanya (pake seragam merah marun), yang satunya lagi dosennya (pake
seragam cokelat kekuningan).
“Di sini nggak ada seleksi berkas, kok, Pak. Biasanya kami
juga langsung ngirim berkas ke sini, terus langsung diundang seleksi,” kata si
Ibu dosen diangguki mahasiswinya. Lagi-lagi, saya tidak bisa menahan rasa
‘ingin membenturkan kepala ke tembok’. Saya langsung bergegas berganti setelan
formal (tadinya pake setelan gembel karena belum tau bakal maju atau nggak).
Btw cowok tadi itu dari Ruteng, NTT. Saya hanya sempat salaman dan say hello
tanpa tau siapa nama anak itu (begitu juga cewek dari STIKES Bali tadi) hingga
hari ini *eh hari ini udah tau namanya ding hehehe.
Peserta terus berdatangan. Suasana kompetisi terasa sangat
kental di koridor ini. Walaupun terlihat ramai, namun semua orang sibuk dengan
diri sendiri. Mahasiswanya berkutat dengan laptop dan naskah, dosennya sibuk
memberi masukan dan arahan. Saya dan Pak Bas? Sibuk nyari tiket pulang sore ini
plus orang yang bisa membayarkan uang tiket kami berhubung ATM jauh banget dari
tempat kami :’D
Akhirnya waktu seleksi dimulai. Pukul 10.00 peserta mulai
masuk ke ruang penjurian. Lokasnya merupakan aula kantor Kopertis. Di dalam
sudah ada 3 meja penjurian: presentasi karya tulis, wawancara klarifikasi
prestasi, dan wawancara kemampuan bahasa Inggris. Pak Bas menghampiri panitia,
meminta kebijakan agar mendahulukan saya berhubung sore ini juga kami harus
pulang ke Sumbawa. Akhirnya saya maju kloter kedua. Saya pun akhirnya masuk
ruang penjurian pukul 10.30. Pos pertama saya adalah meja presentasi karya
tulis. Masalah pertama muncul. Flash disk tempat data presentasi saya terkena
virus laptop panitia. Terpaksa saya minta izin presentasi menggunakan laptop
sendiri. Awalnya saya presentasi dengan percaya diri, namun sayangnya semakin
ke tengah kepercayaan diri itu hilang karena kedua bapak juri malah asyik
berdiskusi sambil membaca naskah karya tulis saya. Mana pas di awal nama saya
nggak ketemu lagi.
“Namamu Wayan Fulan Blalala ya?” tanya si Bapak.
“Bukan Pak,”jawab saya kikuk.
“Oh, ini. Yohannes Fandi lalalala?”
“Eng…bukan Pak. Nama saya Fahmi. Fahmi Dwilaksono.”
Demikianlah percakapan sebelum saya memulai presentasi.
Untungnya berkas saya ketemu. Akhirnya saya presentasi sekenanya saja. Si Bapak
cuma angkat kepala sesekali, setelah itu menunduk lagi. Presentasi saya juga
dihentikan sebelum usai. “Enough,” kata Bapaknya. Saya pun duduk dan melalui
sesi tanya jawab. Semuanya berjalan lancar, hanya saja saya tidak merasa puas.
Kayaknya jawaban saya kurang ‘nendang’. Entahlah, saya hanya menjawab apa yang
ditanyakan.
Saya lalu duduk ke kursi tunggu, menanti giliran ke pos
berikutnya.
“Itu tadi topik karya tulisnya apa, Mas?” tanya seorang
gadis yang duduk di sebelah saya. Cantik, suaranya adem. “Oh, tentang sorghum
Mbak,” jawab saya.
“Wah, karya tulisnya bagus, Mas. Kalo aku nggak bisa bikin
yang kayak gitu,” katanya lalu tertawa kecil. Kami pun berkenalan. Namanya
Laksmi, mahasiswi Kedokteran Universitas Warmadewa Denpasar. Dan hanya Laksmi
satu-satunya peserta Pilmapres yang saya kenalan langsung. Usai berbincang
cukup lama, saya dipanggil ke meja klarifikasi prestasi. “Ya udah, Mbak. Saya
ke sana dulu, ya,” kata saya pamit.
Di meja klarifikasi prestasi, saya berhadapan dengan dua
Bapak juri lagi. Satu juri cukup kooperatif, yang satunya lagi sangat
intimidatif. Beliau bahkan melontarkan berbagai pertanyaan hanya dalam satu
tarikan napas. Saya mencoba untuk bersikap seramah mungkin. Walaupun terasa
diintimidasi, saya tetap harus percaya diri karena saya datang ke sini bukan
untuk kalah atau gagal. Saya datang untuk menang!
Usai wawancara prestasi, saya menuju meja terakhir yakni
wawancara bahasa Inggris. Pertanyaan yang diajukan sangat sederhana semua,
hanya seputar keseharian dan identitas saya, serta bagaimana perjalanan saya
hingga tiba di Bali. Selesai. Itu saja. Oh iya di akhir saya diminta
menjelaskan proyek saya dalam lima menit, tapi saya selesaikan hanya dalam tiga
menit.
![]() |
Suasana saat penjurian |
Saya keluar ruangan dengan tatapan kosong. Kalau model
wawancaranya kayak tadi apa mungkin saya bisa menang? Tidak ada satupun meja
wawancara yang membuat saya puas. Semua jawaban saya serba nanggung, tidak ada
yang istimewa. Entahlah. Saya sudah tidak tau lagi akan seperti apa akhirnya.
Saya sudah mengusahakan yang terbaik. Biarlah Allah yang mengatur hasilnya.
Usai wawancara, saya dan Pak Bas sempat berbincang dengan
dosennya si Laksmi sebelum meninggalkan kantor Kopertis. Kami langsung check
out hotel, lalu menuju Mall Galeria untuk makan siang. Usai makan siang, kami
langsung tancap gas ke bandara. Lagi, pesawat kami delay. Harusnya terbang
pukul 16.50, tapi akhirnya terbang pukul 18.15. Kami tiba di Lombok pukul
19.30. Malam itu saya dan Pak Bas serta Pak Zadi (dosen Fakultas Teknologi
Pertambangan) ditemani Fajri makan malam di kota Mataram. Kami menginap di
kediaman Fajri malam itu. Keesokan paginya, Fajri mengantar kami ke bandara.
Thanks a lot bro!
![]() |
Makan siang di Galeria |
![]() |
Liat Anggrek cantik langsung foto aja wkwkwk |
2 Mei 2017
Saya sedang berkutat dengan laptop saya tatkala Kak Ratna,
Sekretaris Sumbawa Technopark membacakan WA sambil terpekik. FYI, saat ini
kesibukan saya adalah menjadi asisten dosen di Fakultas Teknobiologi serta
asisten riset di Sumbawa Technopark. “Mi, kamu juara 1 Mawapres!” seru Kak
Ratna.
Saya hanya melongo, lalu mengambil handphone dan mengecek
website Kopertis VIII. Ternyata benar, nama saya tercantum di posisi teratas,
menyisihkan 16 peserta lainnya. “Oh, Alhamdulillah,” kata saya datar. Masih
tidak percaya.
Dan hari itu euphoria kemenangan Mawapres saya jadi trending
topic di Facebook. Jujur aja saya masih tidak percaya sampai hari ini kenapa
saya yang menang. Tapi di luar itu semua, saya merasa sangat bersyukur atas
kemenangan ini. Saya berhasil menunaikan janji saya untuk membawa pulang gelar
Mawapres I Tingkat Kopertis Wilayah VIII untuk pertama kalinya ke Sumbawa.
Alhamdulillah…
Saat ini, saya sedang menunggu hasil seleksi berkas tingkat
nasional. Mohon doanya semoga 8 Juni nanti nama saya muncul di dalam 16 Finalis
Mawapres Utama Nasional Sarjana 2017. Aamiin Ya Rabb…
![]() |
Pengumuman juara Mawapres di web Kopertis Wilayah VIII |
Btw,
buat yang penasaran dengan video Mawapres saya, silahkan liat di bawah sini ya!
Tinggalkan like, comment, dan subscribe ya!
The best lah kak...
BalasHapusMakasih Karman 🙏
BalasHapus