Minggu, 16 Agustus 2015

UAR-BC Cup 2015: My First Badminton Tournament (2)

Dear Unegers!

Kali ini saya akan menyambung uneg-uneg saya yang sebelumnya tentang UAR-BC Cup 2015.

Day 1: A Very Hectic Day

Pagi-pagi saya sudah siap berangkat ke GOR Pragas. Pukul 07.30 saya tiba di halaman GOR.

“Kak, saya baru dapat konfirmasi kalo anak SMK mau pake lapangannya satu,” Edi langsung menghampiri saya setibanya di depan GOR. Jedeeerrrr!!! Mampus gue... saya merutuk dalam hati. Gimana nggak, kami udah booking keempat lapangan dari jauh-jauh hari, ngerancang jadwal pertandingan untuk 4 lapangan, dan tadaaaa! Only 3 courts for the matches!

Alhasil, pagi-pagi setelah acara dibuka Pak Aries, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UTS, saya pontang-panting mengatur ulang jadwal pertandingan, dari yang tadinya 4 lapangan menjadi 3 lapangan. Masalah-masalah mulai muncul. Mulai dari peserta yang belum juga hadir padahal jadwal tandingnya udah mau mulai, Herman dan Dul yang kembali terancam batal tanding gara-gara jadwal tanding mereka di Lapangan D (tempat nongkrongnya anak-anak SMK) harus pindah ke lapangan lain, which is jadwal mereka berarti mundur setelah pertandingan peserta lain, Kak Solihin yang belum kembali dari mengambil KHS padahal jam tandingnya udah dekat dan membuat saya harus mengundur pertandingan, dan yang lain-lainnya. Saya sampai nggak sempat berpikir untuk pertandingan saya sendiri.

Jadwal pertandingan
Suasana pembukaan


Foto bersama :)
Akhirnya setelah semua kerumitan ini berakhir, saya masuk lapangan untuk pertandingan saya sendiri. Lawan saya dan Edi adalah Arief/Toto, pasangan dari prodi Psikologi. Di awal-awal pertandingan kami selalu ketinggalan angka. Saya dan Edi serasa blank, bingung mau ngapain di lapangan. Mau main lob, bolanya masih kencang, ujung-ujungnya out. Mau smash malah banyak yang nyangkut. Ternyata ini akumulasi dari perasaan grogi kami karena baru sekali ini mengikuti pertandingan bulutangkis. Jedeerrr, jadi gini toh rasanya ikut kompetisi? Walaupun cuma internal kampus, tapi tetap saja beda dengan suasana mabar.

Akhirnya setelah melalui perjuangan alot, kami berhasil merebut game pertama dengan skor 21-17. Di game kedua, kami sudah mulai ‘panas’ dan bisa mengontrol pertandingan dengan baik. Kami menang 21-7 dan memastikan satu slot ke babak perempat final.



Suasana pertandingan hari pertama
Day 2: All Sweat On The Court

Hari kedua mempertandingkan babak perempat final hingga final ganda putra serta final ganda putri. Again, pagi-pagi saya harus menerima kenyataan pahit kalau anak-anak SMK akan kembali meramaikan lapangan kami. Kali ini bahkan tanpa konfirmasi sama sekali dari om penjaganya *ggggrrrrhhhh.....naik darah. Gue sih bukannya nggak suka ya ada anak SMK main di lapangan bulutangkis, justru sebaliknya gue seneeeeng banget, artinya bulutangkis mulai mendapat porsi di bangku sekolah. Tapi nggak pas pertandingan kita juga kaliiii T_T*. But the show must go on, right?  Kami tetap melanjutkan pertandingan. Lawan kami kali ini adalah Cahyono/Ranto dari prodi Akuntansi. Sama seperti pertandingan sebelumnya, sindrom grogi masih menyelimuti kami. Permainan kami tidak keluar maksimal, malah banyak membuat kesalahan sendiri. Sempat unggul 20-17, kami nyaris terkejar oleh pasangan lawan. Untunglah, satu pengembalian lawan yang gagal menyeberangi net menutup pertandingan game pertama dengan skor 21-19. Memasuki game kedua, kami menerapkan pola permainan untuk menghadapi lawan dengan baik. Alhamdulillah, saya dan Edi menang 21-8. Yeay, goes to semifinal!!!

Mengayun servis
Sambil beristirahat, saya memperhatikan pertandingan calon lawan kami di semifinal, Kak Adi/Fatar vs Kak Adot/Kak Solihin. Pertarungan mereka masih berlangsung alot. Adu smash kerap terjadi antara kedua pasangan. Saya mencoba menganalisis permainan mereka untuk persiapan di babak selanjutnya. Overall, kedua pasangan punya power yang lebih baik dari kami, namun agak kurang dalam variasi pukulan. Jadi strategi saya untuk menghadapi salah satu dari mereka adalah... *rahasia dapur hihihi :D*

Kak Adot/Kak Solihin
Babak perempat final ganda putra usai. Pertandingan diistirahatkan selama 30 menit. Di partai ganda putra, akan saling berhadapan Kak Yudha/Fadhlan vs Denny/Jemy, serta saya dan Edi vs Kak Adot/Kak Solihin. Kami berbincang-bincang sejenak sembari menunggu pertandingan.

“Nanti kita ketemu di final ya,” kata Kak Yudha di dekat saya. Saya hanya mengaminkan, tidak ingin terlalu silau dengan angan-angan ke babak final.

“Mi, ntar mainnya pelan-pelan aja ya. Kelas berat ini,” kata Kak Solihin menjelang pertandingan. Saya hanya menanggapi dengan tertawa.

“Harusnya panitia ndak boleh ikut pertandingan,” protes Kak Sol.

Mmm...kali ini saya agak bingung gimana meresponnya. Mungkin memang seharusnya panitia fokus mengatur kompetisi *dan kebetulan saya ketua panitia sekaligus otak kompetisi kali ini ^^*. Hanya saja, UAR-BC kan baru terbentuk, dan ini agenda besar pertama kami. Rasanya sayang aja kalau teman-teman UKM tidak berpartisipasi karena berstatus panitia.

Oke, lupakan masalah itu dulu. Let we move to women’s doubles final. Pertandingan final mempertemukan pasangan Suchy/Lili dengan Sindy/Deby. Pertandingan berlangsung cukup alot sejak awal. Masing-masing kubu memiliki suporter, dan cukup berhasil menyulap GOR Pragas menjadi mini Istora hehehe. Pertandingan akhirnya dimenangkan oleh Suchy/Lili dengan skor 21-16 21-16.

Pertandingan berlanjut ke semifinal ganda putra. Saya dan Edi memasuki lapangan dengan yakin. Kali ini kami harus benar-benar siap dari awal karena lawan semakin berat. Sejak bola pertama bergulir, kami langsung tancap gas. Tidak ada lagi grogi. Kami mencoba bermain taktis, dimulai dari penempatan bola-bola sulit lalu ditutup dengan smash keras. Kak Adot/Kak Solihin terlihat kewalahan dengan permainan kami, di samping kelihatannya tenaga mereka banyak terkuras di pertandingan perempat final tadi. Kami berhasil mengamankan tiket final dengan skor meyakinkan, 21-13 21-6.

Saya lalu beralih ke lapangan pertandingan Kak Yudha/Fadhlan vs Denny/Jemy. Pertandingan berlanjut hingga set ketiga. Di antara kedua pasangan, lawan yang lebih berat menurut saya pribadi adalah Denny/Jemy. Mereka sudah berpasangan cukup lama dan sejak awal memang menjadi salah satu kandidat kuat juara. Saya cukup sering berhadapan dengan keduanya saat mabar. Mereka pasangan yang klop. Keduanya punya pukulan yang berbahaya. Jemy, yang bertangan kidal, tidak hanya memiliki pukulan yang keras, namun juga bola-bola tipu yang sulit ditebak. Denny, walaupun pukulannya tidak sekeras Jemy, namun bola-bola dropshot-nya sangat menyulitkan. Bisa ke arah mana saja, dan tidak mudah terbaca lawan. Jika mereka dalm kondisi onfire, mengalahkan mereka adalah misi yang sulit. Namun, jika mereka dalam kondisi underperform, bola-bola ajaib mereka bisa menjadi sumber poin bagi lawan. Jadi tugas utama saya dan Edi adalah bagaimana membuat permainan terbaik mereka tidak keluar, dan itu bukan tugas yang mudah.

Sesuai prediksi, Denny/Jemy berhasil melaju ke final dengan skor 21-17 16-21 21-8. Kami punya waktu 30 menit untuk beristirahat sebelum pertandingan final. Saya dan Edi berdiskusi cukup lama untuk menghadapi lawan kami di final. “Pokoknya dari awal kita langsung main nekan Kak. Mereka kalo dikasih bola tinggi, bahaya,” kata Edi. Meskipun akan saling melawan di babak final, namun kami masih saling bercanda di pinggir lapangan. Yah, kami hanya menjadi musuh di atas lapangan. Di luar lapangan, kami bisa saling meledek dan menertawakan satu sama lain, hihihi.

Finally, the final match begins. Kami memasuki lapangan dan memulai pemanasan. Tepukan botol air mineral diiringi gemuruh suara pendukung mulai terdengar. Kami pun memulai pertandingan final.

Game pertama saya kerap melakukan kesalahan sendiri, terutama saat dicecar bola cepat di depan net. Saya seringkali kehilangan fokus dengan menyangkutkan shuttlecock di net. Meskipun demikian, pertandingan masih berimbang. Rally-rally cukup panjang tersaji sepanjang game pertama. Denny/Jemy mengamankan game pertama dengan skor 21-17.

Game kedua kami masih saling adu kuat. Pasangan lawan tampak lebih banyak mencecar saya kali ini. Adu serangan dan pertahanan kerap terjadi. Saat poin kami tertinggal 10-13, Edi menyemangati saya. “Jangan pikir menang kalah, Kak, yang penting main bagus.”

Satu persatu poin kamu raih. Saya terus berteriak setiap mendapat poin sambil mengepalkan tangan. Honestly I was so nervous at that time. Ini kompetisi bulutangkis sekaligus pertandingan final pertama yang berat buat saya, walaupun hanya melawan sesama teman UTS. Akhirnya kami merebut game kedua setelah pengembalian Denny gagal menyeberangi net. Skor 21-18.

Kami beristirahat sejenak sebelum pertandingan set ketiga dimulai. Saya mulai kehabisan napas. Saya mencoba meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatan memenangkan set ketiga. Kita udah sama-sama capek, jadi main all out aja, pikir saya.

Set ketiga dimulai. Kesalahan-kesalahan sendiri masih banyak saya dan Edi lakukan. Di sisi lain, penampilan Denny/Jemy tetap stabil dengan bola-bola keras dan penempatan bola depan yang sulit. Saya terus menjadi sasaran tembak karena pukulan-pukulan saya mulai melemah dan gerakan kaki saya mulai melambat. Di poin 11-7, kami beradu pukulan cukup alot. Satu smash saya dikembalikan di dekat net oleh Denny, memaksa saya berlari ke depan. Sayang, kaki saya lambat melangkah. Saya memaksa diri untuk meluncur, namun sayang shuttlecock tetap tak terselamatkan. Poin untuk lawan. *mana meluncurnya dramatis banget lagi, sampe hampir nggak mau bangun wkwkwk*

Denny/Jemy terus melancarkan serangan, dan lebih banyak mencecar ke saya. Setelah berjuang cukup alot, kami akhirnya harus menyerahkan kemenangan ke lawan setelah satu pengembalian Denny gagal kami antisipasi. Saya kembali mencoba mengejar shuttlecock yang jatuh di dekat net, dan meluncur untuk kedua kalinya. Sayang, bola kembali tak selamat. Game ketiga berakhir 21-15 untuk kemenangan Denny/Jemy.

Kami saling bersalaman dan berangkulan usai pertandingan. Walaupun berakhir nyesek *hiks* tapi saya tetap senang bisa tampil di final. They deserved to win. Mereka tampil lebih siap di pertandingan kali ini.

Upacara penutupan berlangsung cukup meriah karena dirangkaikan dengan penyerahan hadiah. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UTS, Bapak Muhammad Aries ZA, S.P., M.M. turut meramaikan pemberian hadiah bersama sejumlah staf dan civitas akademika UTS. Acara penutupan ditutup dengan foto bersama.

Juara II Ganda Putri, Sindy/Deby
Juara III Ganda Putra
Alhamdulillah got the second place :')
Denny/Jemy, juara I Ganda Putra (bersama Pak Aries)
Foto bersama usai penutupan
Finalis ganda putra UAR-BC Cup 2015
Maap juara I ganda putri baru muncul wkwkwk. Congrats Lili (baju biru)/Suchy (baju pink) :)
Well, itulah pertandingan bulutangkis pertama saya. I was so happy and proud to be on the court. Terima kasih buat teman-teman UAR-BC dan teman-teman UTS yang telah meramaikan turnamen kali ini. Sampai jumpa di turnamen tahun 2016 :D

Behind the scenes:


Bungkus hadiah :D
Pasangan yang tertukar (ki-ka: saya, Herman, Dul, Edi)
Syukuran Denny/Jemy :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar