Dear Unegers!
Kali ini saya
akan menyambung uneg-uneg saya yang sebelumnya tentang UAR-BC Cup 2015.
Day 1: A Very Hectic Day
Pagi-pagi saya
sudah siap berangkat ke GOR Pragas. Pukul 07.30 saya tiba di halaman GOR.
“Kak, saya baru
dapat konfirmasi kalo anak SMK mau pake lapangannya satu,” Edi langsung
menghampiri saya setibanya di depan GOR. Jedeeerrrr!!! Mampus gue... saya merutuk dalam hati. Gimana nggak, kami udah booking keempat lapangan dari jauh-jauh
hari, ngerancang jadwal pertandingan untuk 4 lapangan, dan tadaaaa! Only 3 courts for the matches!
Alhasil,
pagi-pagi setelah acara dibuka Pak Aries, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan
UTS, saya pontang-panting mengatur ulang jadwal pertandingan, dari yang tadinya
4 lapangan menjadi 3 lapangan. Masalah-masalah mulai muncul. Mulai dari peserta
yang belum juga hadir padahal jadwal tandingnya udah mau mulai, Herman dan Dul
yang kembali terancam batal tanding gara-gara jadwal tanding mereka di Lapangan
D (tempat nongkrongnya anak-anak SMK) harus pindah ke lapangan lain, which is jadwal mereka berarti mundur
setelah pertandingan peserta lain, Kak Solihin yang belum kembali dari
mengambil KHS padahal jam tandingnya udah dekat dan membuat saya harus
mengundur pertandingan, dan yang lain-lainnya. Saya sampai nggak sempat
berpikir untuk pertandingan saya sendiri.
![]() |
Jadwal pertandingan |
![]() |
Suasana pembukaan |
![]() |
Foto bersama :) |
Akhirnya setelah
semua kerumitan ini berakhir, saya masuk lapangan untuk pertandingan saya
sendiri. Lawan saya dan Edi adalah Arief/Toto, pasangan dari prodi Psikologi.
Di awal-awal pertandingan kami selalu ketinggalan angka. Saya dan Edi serasa blank, bingung mau ngapain di lapangan.
Mau main lob, bolanya masih kencang, ujung-ujungnya out. Mau smash malah
banyak yang nyangkut. Ternyata ini akumulasi dari perasaan grogi kami karena
baru sekali ini mengikuti pertandingan bulutangkis. Jedeerrr, jadi gini toh
rasanya ikut kompetisi? Walaupun cuma internal kampus, tapi tetap saja beda
dengan suasana mabar.
Akhirnya setelah
melalui perjuangan alot, kami berhasil merebut game pertama dengan skor 21-17. Di game kedua, kami sudah mulai
‘panas’ dan bisa mengontrol pertandingan dengan baik. Kami menang 21-7 dan
memastikan satu slot ke babak perempat final.
![]() |
Suasana pertandingan hari pertama |
Day 2: All Sweat On The Court
Hari kedua
mempertandingkan babak perempat final hingga final ganda putra serta final
ganda putri. Again, pagi-pagi saya
harus menerima kenyataan pahit kalau anak-anak SMK akan kembali meramaikan
lapangan kami. Kali ini bahkan tanpa konfirmasi sama sekali dari om penjaganya
*ggggrrrrhhhh.....naik darah. Gue sih bukannya nggak suka ya ada anak SMK main
di lapangan bulutangkis, justru sebaliknya gue seneeeeng banget, artinya
bulutangkis mulai mendapat porsi di bangku sekolah. Tapi nggak pas pertandingan
kita juga kaliiii T_T*. But the show must
go on, right? Kami tetap melanjutkan
pertandingan. Lawan kami kali ini adalah Cahyono/Ranto dari prodi Akuntansi.
Sama seperti pertandingan sebelumnya, sindrom grogi masih menyelimuti kami.
Permainan kami tidak keluar maksimal, malah banyak membuat kesalahan sendiri.
Sempat unggul 20-17, kami nyaris terkejar oleh pasangan lawan. Untunglah, satu
pengembalian lawan yang gagal menyeberangi net menutup pertandingan game
pertama dengan skor 21-19. Memasuki game kedua, kami menerapkan pola permainan
untuk menghadapi lawan dengan baik. Alhamdulillah, saya dan Edi menang 21-8. Yeay, goes to semifinal!!!
![]() |
Mengayun servis |
Sambil
beristirahat, saya memperhatikan pertandingan calon lawan kami di semifinal,
Kak Adi/Fatar vs Kak Adot/Kak Solihin. Pertarungan mereka masih berlangsung
alot. Adu smash kerap terjadi antara
kedua pasangan. Saya mencoba menganalisis permainan mereka untuk persiapan di
babak selanjutnya. Overall, kedua
pasangan punya power yang lebih baik dari kami, namun agak kurang dalam variasi
pukulan. Jadi strategi saya untuk menghadapi salah satu dari mereka adalah...
*rahasia dapur hihihi :D*
![]() |
Kak Adot/Kak Solihin |
Babak perempat
final ganda putra usai. Pertandingan diistirahatkan selama 30 menit. Di partai
ganda putra, akan saling berhadapan Kak Yudha/Fadhlan vs Denny/Jemy, serta saya
dan Edi vs Kak Adot/Kak Solihin. Kami berbincang-bincang sejenak sembari
menunggu pertandingan.
“Nanti kita
ketemu di final ya,” kata Kak Yudha di dekat saya. Saya hanya mengaminkan,
tidak ingin terlalu silau dengan angan-angan ke babak final.
“Mi, ntar mainnya
pelan-pelan aja ya. Kelas berat ini,” kata Kak Solihin menjelang pertandingan.
Saya hanya menanggapi dengan tertawa.
“Harusnya panitia
ndak boleh ikut pertandingan,” protes Kak Sol.
Mmm...kali ini
saya agak bingung gimana meresponnya. Mungkin memang seharusnya panitia fokus
mengatur kompetisi *dan kebetulan saya ketua panitia sekaligus otak kompetisi
kali ini ^^*. Hanya saja, UAR-BC kan baru terbentuk, dan ini agenda besar
pertama kami. Rasanya sayang aja kalau teman-teman UKM tidak berpartisipasi
karena berstatus panitia.
Oke, lupakan
masalah itu dulu. Let we move to women’s
doubles final. Pertandingan final mempertemukan pasangan Suchy/Lili dengan
Sindy/Deby. Pertandingan berlangsung cukup alot sejak awal. Masing-masing kubu
memiliki suporter, dan cukup berhasil menyulap GOR Pragas menjadi mini Istora
hehehe. Pertandingan akhirnya dimenangkan oleh Suchy/Lili dengan skor 21-16
21-16.
Pertandingan
berlanjut ke semifinal ganda putra. Saya dan Edi memasuki lapangan dengan
yakin. Kali ini kami harus benar-benar siap dari awal karena lawan semakin
berat. Sejak bola pertama bergulir, kami langsung tancap gas. Tidak ada lagi
grogi. Kami mencoba bermain taktis, dimulai dari penempatan bola-bola sulit
lalu ditutup dengan smash keras. Kak
Adot/Kak Solihin terlihat kewalahan dengan permainan kami, di samping
kelihatannya tenaga mereka banyak terkuras di pertandingan perempat final tadi.
Kami berhasil mengamankan tiket final dengan skor meyakinkan, 21-13 21-6.
Saya lalu beralih
ke lapangan pertandingan Kak Yudha/Fadhlan vs Denny/Jemy. Pertandingan
berlanjut hingga set ketiga. Di antara kedua pasangan, lawan yang lebih berat
menurut saya pribadi adalah Denny/Jemy. Mereka sudah berpasangan cukup lama dan
sejak awal memang menjadi salah satu kandidat kuat juara. Saya cukup sering
berhadapan dengan keduanya saat mabar. Mereka pasangan yang klop. Keduanya
punya pukulan yang berbahaya. Jemy, yang bertangan kidal, tidak hanya memiliki
pukulan yang keras, namun juga bola-bola tipu yang sulit ditebak. Denny,
walaupun pukulannya tidak sekeras Jemy, namun bola-bola dropshot-nya sangat menyulitkan. Bisa ke arah mana saja, dan tidak
mudah terbaca lawan. Jika mereka dalm kondisi onfire, mengalahkan mereka adalah misi yang sulit. Namun, jika
mereka dalam kondisi underperform,
bola-bola ajaib mereka bisa menjadi sumber poin bagi lawan. Jadi tugas utama
saya dan Edi adalah bagaimana membuat permainan terbaik mereka tidak keluar,
dan itu bukan tugas yang mudah.
Sesuai prediksi,
Denny/Jemy berhasil melaju ke final dengan skor 21-17 16-21 21-8. Kami punya
waktu 30 menit untuk beristirahat sebelum pertandingan final. Saya dan Edi
berdiskusi cukup lama untuk menghadapi lawan kami di final. “Pokoknya dari awal
kita langsung main nekan Kak. Mereka kalo dikasih bola tinggi, bahaya,” kata
Edi. Meskipun akan saling melawan di babak final, namun kami masih saling
bercanda di pinggir lapangan. Yah, kami hanya menjadi musuh di atas lapangan.
Di luar lapangan, kami bisa saling meledek dan menertawakan satu sama lain,
hihihi.
Finally, the final match begins. Kami memasuki lapangan dan memulai
pemanasan. Tepukan botol air mineral diiringi gemuruh suara pendukung mulai
terdengar. Kami pun memulai pertandingan final.
Game pertama saya kerap melakukan kesalahan sendiri, terutama saat dicecar bola
cepat di depan net. Saya seringkali kehilangan fokus dengan menyangkutkan
shuttlecock di net. Meskipun demikian, pertandingan masih berimbang. Rally-rally cukup panjang tersaji
sepanjang game pertama. Denny/Jemy mengamankan game pertama dengan skor 21-17.
Game kedua kami
masih saling adu kuat. Pasangan lawan tampak lebih banyak mencecar saya kali
ini. Adu serangan dan pertahanan kerap terjadi. Saat poin kami tertinggal
10-13, Edi menyemangati saya. “Jangan pikir menang kalah, Kak, yang penting
main bagus.”
Satu persatu poin
kamu raih. Saya terus berteriak setiap mendapat poin sambil mengepalkan tangan.
Honestly I was so nervous at that time. Ini
kompetisi bulutangkis sekaligus pertandingan final pertama yang berat buat
saya, walaupun hanya melawan sesama teman UTS. Akhirnya kami merebut game kedua
setelah pengembalian Denny gagal menyeberangi net. Skor 21-18.
Kami beristirahat
sejenak sebelum pertandingan set ketiga dimulai. Saya mulai kehabisan napas.
Saya mencoba meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatan memenangkan set ketiga.
Kita udah sama-sama capek, jadi main all
out aja, pikir saya.
Set ketiga
dimulai. Kesalahan-kesalahan sendiri masih banyak saya dan Edi lakukan. Di sisi
lain, penampilan Denny/Jemy tetap stabil dengan bola-bola keras dan penempatan
bola depan yang sulit. Saya terus menjadi sasaran tembak karena pukulan-pukulan
saya mulai melemah dan gerakan kaki saya mulai melambat. Di poin 11-7, kami
beradu pukulan cukup alot. Satu smash saya dikembalikan di dekat net oleh
Denny, memaksa saya berlari ke depan. Sayang, kaki saya lambat melangkah. Saya
memaksa diri untuk meluncur, namun sayang shuttlecock
tetap tak terselamatkan. Poin untuk lawan. *mana meluncurnya dramatis banget
lagi, sampe hampir nggak mau bangun wkwkwk*
Denny/Jemy terus
melancarkan serangan, dan lebih banyak mencecar ke saya. Setelah berjuang cukup
alot, kami akhirnya harus menyerahkan kemenangan ke lawan setelah satu
pengembalian Denny gagal kami antisipasi. Saya kembali mencoba mengejar shuttlecock yang jatuh di dekat net, dan
meluncur untuk kedua kalinya. Sayang, bola kembali tak selamat. Game ketiga
berakhir 21-15 untuk kemenangan Denny/Jemy.
Kami saling
bersalaman dan berangkulan usai pertandingan. Walaupun berakhir nyesek *hiks*
tapi saya tetap senang bisa tampil di final. They deserved to win. Mereka tampil lebih siap di pertandingan kali
ini.
Upacara penutupan
berlangsung cukup meriah karena dirangkaikan dengan penyerahan hadiah. Wakil
Rektor III Bidang Kemahasiswaan UTS, Bapak Muhammad Aries ZA, S.P., M.M. turut
meramaikan pemberian hadiah bersama sejumlah staf dan civitas akademika UTS.
Acara penutupan ditutup dengan foto bersama.
![]() |
Juara II Ganda Putri, Sindy/Deby |
![]() |
Juara III Ganda Putra |
![]() |
Alhamdulillah got the second place :') |
![]() |
Denny/Jemy, juara I Ganda Putra (bersama Pak Aries) |
![]() |
Foto bersama usai penutupan |
![]() |
Finalis ganda putra UAR-BC Cup 2015 |
![]() |
Maap juara I ganda putri baru muncul wkwkwk. Congrats Lili (baju biru)/Suchy (baju pink) :) |
Well, itulah pertandingan bulutangkis pertama saya. I was so happy and proud to be on the court. Terima kasih buat
teman-teman UAR-BC dan teman-teman UTS yang telah meramaikan turnamen kali ini.
Sampai jumpa di turnamen tahun 2016 :D
Behind the scenes:
![]() |
Bungkus hadiah :D |
![]() |
Pasangan yang tertukar (ki-ka: saya, Herman, Dul, Edi) |
![]() |
Syukuran Denny/Jemy :D |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar