Dear Unegers!
Pukul 04.00 saya telah terbangun. Saya
mengecek kamar mandi dan ternyata kosong. Buru-buru saya mengambil handuk dan
peralatan mandi. Haaaah.... segar sekali rasanya bersentuhan lagi dengan air.
Kemarin saya hanya sempat cuci muka dan sikat gigi. Saya merasa hidup kembali
setelah mandi, hohoho.
Seperti biasa, kegiatan diawali briefing
panitia, briefing divisi, kemudian shalat Subuh, sarapan, dan spotting ke
lokasi masing-masing. Hari ini saya langsung spotting di lapangan utama.
![]() |
Cek spek |
![]() |
Keceriaan di pagi hari |
Pukul 07.15 pleton mahasiswa mulai berdatangan dan berbaris di tenda masing-masing. Kak Bowo langsung mengambil alih pasukan dan menginstruksikan agar mahasiswa berbaris di depan papan nama prodi masing-masing. Karena tadi pagi kebanyakan pendamping tidak sempat sarapan, kami panitia yang tersisa menggantikan mereka memimpin diskusi prodi.
Saya membawa pasukan Teknobiologi untuk
diskusi prodi di belakang gedung Rektorat. Senang sekali akhirnya bisa melihat wajah
adik-adik tingkat saya dari dekat. Raut semangat, antusias, dan keceriaan
menghiasi wajah mereka semua.
![]() |
Sesi diskusi prodi FTB |
Usai diskusi prodi, acara dilanjutkan sesi
materi dari Bapak Taufik Rahzen—budayawan nasional asal Sumbawa—yang
menyampaikan tema ‘Memandang Indonesia dan Dunia dari Sumbawa’. Jujur saja,
mendengar beliau menyampaikan materi rasanya sangat menyejukkan. Setiap kalimat
yang terlontar memiliki kekuatan untuk menggugah para pendengar beliau. Beliau
menyampaikan ‘pesan Olat Maras’ kepada para mahasiswa. Menurut Pak Taufik
Rahzen, Maras berarti ‘mabuk akan keindahan’. Mabuk akan keindahan alam, ilmu,
cinta sesama manusia. Sebuah arti yang sangat indah dan filosofis.
Ada tujuh pesan di dalamnya, yakni Asram
(tempat tinggal), Smara (cinta), Saram, Rama, Ramas, Mara, dan Masar. Saya tidak
ingat secara detail arti setiap pesan, namun intinya beliau berpesan bahwa
kampus UTS yang berada di kaki Olat Maras merupakan sumber kebahagiaan bagi
para penghuninya. UTS merupakan kampus di mana mahasiswa dapat bermukim,
mencari ilmu sebanyak-banyaknya, menjalin rasa cinta kepada sesama, dan membina
hubungan baik dengan Tuhan. Semua itu nantinya akan menjadi kekuatan bagi para
mahasiswa untuk berkontribusi bagi alam semesta.
Saya hanya bisa terpukau mendengar pemaparan
beliau. Sebuah pesan yang begitu dalam untuk kami para mahasiswa. Bahkan saya
sendiri baru mengetahui betapa dalam filosofi yang tersimpan di balik bukit
kecil ini. Rasanya seperti ada semangat yang membara dalam hati ini untuk
semakin cinta pada kampus kami.
![]() |
Penyampaian materi dari Pak Taufik Rahzen |
Sesi materi yang tadinya akan dipanel
akhirnya hanya diisi Pak Taufik karena pembicara lainnya, Pak Bupati Sumbawa,
berhalangan hadir. Sesi tanya jawab membludak! Rupanya bukan hanya saya yang
tersihir dengan kata-kata Pak Taufik, namun semua mahasiswa juga. Tampak dari
jumlah penanya yang sangat banyak. Saya sampai bingung dan khawatir melihatnya.
Sebenarnya saya merasa bahagia melihat antusias mahasiswa yang kian tinggi,
namun sekaligus khawatir karena durasi juga terbatas.
![]() |
Penanya membludak! |
Sambil menunggu Pak Taufik Rahzen usai
menyampaikan materi, panitia divisi acara dan seluruh pendamping berkumpul
untuk persiapan sesi lingkar wacana. Usai sesi materi dari Pak Taufik, kami
seharusnya memulai sesi lingkar wacana. Namun, Mbak Thifa berteriak memanggil
saya saat hendak memberi instruksi.
“Mi, barusan aku dapat intervensi dari Pak
Zul. Ada orang BSM (Bank Syariah Mandiri) mau nyampein sesuatu,” kata Mbak
Thifa.
Saya menatap Mbak Thifa dengan raut
terkejut. “Butuh berapa lama, Mbak?”
“Setengah jam cukup.”
Saya menghela napas sejenak. “Ya udah,
Mbak, dikasih sebelum lingkar wacana aja,” kata saya akhirnya.
Pihak BSM akhirnya mengisi panggung utama
untuk mensosialisasikan BSM dan program-program yang dimiliki. Setelah 30
menit, kami kembali mengambil alih kegiatan untuk lingkar wacana. Saya segera
bergabung dengan Nora dan Ahmad, pendamping pleton DKI Jakarta dan Banten.
![]() |
Presentasi dari BSM |
Lingkar wacana kali ini bertema ‘Tri Dharma
Perguruan Tinggi, Posisi, Potensi, dan peran Mahasiswa (Popope), dan Visi
Hidup’. Kami hanya punya waktu satu jam untuk menyampaikan materi yang
sebenarnya merupakan inti utama dari Respek. Nora menjelaskan tentang Tri
Dharma, saya mengambil alih Popope, lalu Ahmad menyampaikan Visi Hidup. Kami
mencoba untuk menjelaskan dengan sebaik-baiknya tiga materi ini.
Intinya, perguruan tinggi memiliki
kewajiban dalam menjalankan sistem perguruan tinggi di Indoensia, yakni
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian
masyarakat. Nah, sebagai mahasiswa yang dididik di perguruan tinggi, posisi
mereka adalah masyarakat sipil terpelajar yang berada di antara pemerintah dan
masyarakat. Mahasiswa memiliki potensi untuk berpikir kritis, memiliki
idealisme, dan berkomunikasi dua arah. Dengan potensi itu, mahasiswa bisa
mengkritisi kebijakan pemerintah, menyampaikan permasalahan di masyarakat,
serta mensosialisasikan kebijakan pemerintah ke masyarakat. Mahasiswa memegang
peran penting sebagai agen perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, menjaga
nilai-nilai luhur yang hidup di masyarakat, generasi yang akan menggantikan
generasi sekarang dalam menjalankan kehidupan bangsa, serta menjadi panutan
bagi orang-orang di sekitarnya. Selanjutnya, sebagai mahasiswa, mereka harus
memiliki visi hidup yang jelas selama menjalani kehidupan kampus, apa yang
ingin mereka capai dan bagaimana mereka akan mencapai tujuan tersebut.
![]() |
Sesi lingkar wacana |
Alhamdulillah lingkar wacana berjalan
kondusif. Memang tidak semuanya berani menyampaikan pendapat. Ada beberapa
mahasiswa yang harus kami tunjuk dulu baru mau berbicara. Kendati demikian,
saya bangga menyaksikan generasi penerus kami di UTS mampu memahami ‘jiwa’
mereka sebagai mahasiswa dengan baik. Selamat datang di dunia mahasiswa,
adik-adik!
Acara dilanjutkan ke sesi Ishoma, lalu
penyampaian kuliah umum secara panel dari Bapak Agus Talino (Pimred Harian
Suara NTB) dan Dr. Kyai. H. Zulkifli Muhadli (Mantan Bupati KSB) dengan tema
‘Kepemimpinan’. Dari kedua pembicara, saya megambil pelajaran bahwa
kepemimpinan yang baik harus berpihak kepada rakyat dan membawa perubahan ke
arah yang lebih baik. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar harus membela rakyat
dari pemimpin yang zhalim.
![]() |
Pak Ahmad (kanan) bersama Pak Agus Talino |
![]() |
Dr. Kyai H. Zulkifli Muhadli |
![]() |
Suasana kuliah umum |
Materi usai pukul 14.40. Acara kemudian
dilanjutkan dengan psikotest untuk seluruh mahasiswa hingga pukul 15.40. Tidak
hanya mereka, saya pun ikut mengisi lembar psikotest, hehehe. Tes ini berguna
untuk mengetahui bidang apa yang menjadi minat kerja mahasiswa (occupation
test). Acara kemudian dilanjutkan shalat Ashar.
![]() |
Mbak Thifa memberi instruksi |
Usai shalat Ashar, panitia mengumumkan
atribut dan spek yang harus dibawa besok, serta mengumpulkan tugas hari ini.
Usai apel kepulangan, mahasiswa diminta mengambil baju Respek dan jas almamater
di meja-meja prodi yang telah berjejer di pinggir jalan gedung BNI.
![]() |
Beberapa spek yang akan dibagikan untuk bakti sosial |
Alhamdulillah hari ini semua berjalan
lancar. Kami merayakan keberhasilan acara hari ini dengan menari bersama di
tengah lapangan utama. Sayangnya, itu bukan keputusan yang bijak.
![]() |
Kepulangan peserta |
![]() |
Selfie di akhir acara |
![]() |
Insiden pembawa 'petaka' wkwkwk |
Malam saat evaluasi, dalam kegelapan malam
karena listrik mati, Kak Surya, Mbak Thifa, dan Pak Win menghujani kami dengan
kritikan atas aksi kami sore tadi.
“Kita harusnya selesai jam 5. Tapi tadi,
mahasiswa baru ninggalin kampus setengah 6. Kenapa bisa gitu? Karena kalian
nggak sigap nanganin mahasiswa! Kalau kalian masih lihat tumpukan mahasiswa di
jalan, harusnya kalian bantu. Suruh cepat ambil baju, suruh cepat ninggalin
arena, bukannya malah nari nari di lapangan. Pihak Rektorat udah bilang, kan,
kalo setelah jam 5 mahasiswa belum bubar, mereka nggak akan tanggung jawab,”
kata Mbak Thifa.
Kak Surya tidak kalah pedas menyampaikan
kritiknya. “Jujur, saya malu sama dosen SC liat tingkah kalian di lapangan.
Saya nggak mungkin nyuruh kalian berhenti, tapi harusnya kalian bisa lihat
perubahan ekspresi kami. Nggak ada yang senang dengan yang kalian lakukan
tadi,” kata beliau. “Apa kalian siap jadi pemimpin?!” teriak beliau.
“Siap!!!” teriak kami semua.
“Kalau kalian pemimpin, maka berpikirlah
seperti seorang pemimpin! Kalau kalian pemimpin, maka berkatalah seperti
seorang pemimpin! Kalau kalian pemimpin, maka bertindaklah seperti seorang
pemimpin!” suara Kak Surya menggelegar di keremangan malam.
Pak Win menambahkan, “Kalau saya jadi
mahasiswa dan melihat kalian tadi, saya akan bilang bahwa panitia tidak serius menangani
Respek. Kalian sudah kehilangan wibawa di mata mereka. Harusnya kalian
bisa baca situasi juga. Kita bukannya nggak bisa senang-senang, tapi kalau
masih ada mahasiswa ya tolong jaga wibawa kalian. Kalian juga pasti nggak mau,
kan, dipandang sebelah mata sama mahasiswa?”
Tidak ada yang bersuara. Saya merasa malu
dengan insiden sore tadi. Sebenarnya saya memang melihat raut wajah Kak Surya
dan dosen SC tidak ada yang tersenyum sedikitpun. Sayangnya, saya kurang peka.
Saya berpikir itu semata-mata karena kelelahan, tapi saya salah. Rasanya saya
tidak berani menatap siapapun malam ini.
Listrik masih mati. Saya pun berjalan di
keremangan malam, membaringkan diri di aspal sambil memandang jutaan bintang
yang terhampar jauh di langit. Saya hanya berharap semuanya akan baik-baik saja
besok.
Malam ini belum usai. Pukul 23.00, kami
melakukan simulasi outbond—bertepatan dengan listrik menyala. Saya menjelaskan
aturan main kepada teman-teman panitia dan melakukan simulasi. Saya harus
berjuang keras agar teman-teman saya bisa mendengarkan instruksi yang diberikan
karena di saat bersamaan ada UKM Seni juga yang sedang latihan untuk renungan
lilin besok, which means suara saya harus beradu dengan sound system. Simulasi
kami berjalan cukup sukses. Teman-teman saya menikmati kegiatan simulasi malam
ini, kendati waktu sudah hampir tengah malam. Saya hanya berharap kegiatan
outbond besok bisa berjalan lancar. Pukul 00.30 kami usai.
Saya pun memejamkan mata. Semoga hari
ketiga semua berjalan dengan baik, aamiin...
nggak nyangka ternyata perjuangan kakak panitia Respek luar biasa.. :)
BalasHapusYa gitu Askar. Sebagai senior, kami harus ngasih contoh yang baik untuk maba :)
Hapus