Rabu, 02 September 2015

RESPEK UTS DAY 2: “Jaga Wibawa Kalian di Depan Mahasiswa!”

Dear Unegers!

Pukul 04.00 saya telah terbangun. Saya mengecek kamar mandi dan ternyata kosong. Buru-buru saya mengambil handuk dan peralatan mandi. Haaaah.... segar sekali rasanya bersentuhan lagi dengan air. Kemarin saya hanya sempat cuci muka dan sikat gigi. Saya merasa hidup kembali setelah mandi, hohoho.

Seperti biasa, kegiatan diawali briefing panitia, briefing divisi, kemudian shalat Subuh, sarapan, dan spotting ke lokasi masing-masing. Hari ini saya langsung spotting di lapangan utama.
Cek spek


Keceriaan di pagi hari

Pukul 07.15 pleton mahasiswa mulai berdatangan dan berbaris di tenda masing-masing. Kak Bowo langsung mengambil alih pasukan dan menginstruksikan agar mahasiswa berbaris di depan papan nama prodi masing-masing. Karena tadi pagi kebanyakan pendamping tidak sempat sarapan, kami panitia yang tersisa menggantikan mereka memimpin diskusi prodi.

Saya membawa pasukan Teknobiologi untuk diskusi prodi di belakang gedung Rektorat. Senang sekali akhirnya bisa melihat wajah adik-adik tingkat saya dari dekat. Raut semangat, antusias, dan keceriaan menghiasi wajah mereka semua.

Mereka akan menampilkan atraksi dari NTT untuk malam inagurasi. Saya mengikuti alur diskusi mereka dengan seksama. Ide-ide yang mereka lontarkan sudah terkonsep dengan baik dan bisa divisualisasikan oleh otak saya. Saya hanya menambah sedikit masukan untuk memperhalus konsep penampilan mereka. Semangat FTB48 generasi ketiga!!! Kalian harus jadi major upgrade generasi pertama dan kedua ya! :D
Sesi diskusi prodi FTB
Usai diskusi prodi, acara dilanjutkan sesi materi dari Bapak Taufik Rahzen—budayawan nasional asal Sumbawa—yang menyampaikan tema ‘Memandang Indonesia dan Dunia dari Sumbawa’. Jujur saja, mendengar beliau menyampaikan materi rasanya sangat menyejukkan. Setiap kalimat yang terlontar memiliki kekuatan untuk menggugah para pendengar beliau. Beliau menyampaikan ‘pesan Olat Maras’ kepada para mahasiswa. Menurut Pak Taufik Rahzen, Maras berarti ‘mabuk akan keindahan’. Mabuk akan keindahan alam, ilmu, cinta sesama manusia. Sebuah arti yang sangat indah dan filosofis.

Ada tujuh pesan di dalamnya, yakni Asram (tempat tinggal), Smara (cinta), Saram, Rama, Ramas, Mara, dan Masar. Saya tidak ingat secara detail arti setiap pesan, namun intinya beliau berpesan bahwa kampus UTS yang berada di kaki Olat Maras merupakan sumber kebahagiaan bagi para penghuninya. UTS merupakan kampus di mana mahasiswa dapat bermukim, mencari ilmu sebanyak-banyaknya, menjalin rasa cinta kepada sesama, dan membina hubungan baik dengan Tuhan. Semua itu nantinya akan menjadi kekuatan bagi para mahasiswa untuk berkontribusi bagi alam semesta.

Saya hanya bisa terpukau mendengar pemaparan beliau. Sebuah pesan yang begitu dalam untuk kami para mahasiswa. Bahkan saya sendiri baru mengetahui betapa dalam filosofi yang tersimpan di balik bukit kecil ini. Rasanya seperti ada semangat yang membara dalam hati ini untuk semakin cinta pada kampus kami. 
Penyampaian materi dari Pak Taufik Rahzen
Sesi materi yang tadinya akan dipanel akhirnya hanya diisi Pak Taufik karena pembicara lainnya, Pak Bupati Sumbawa, berhalangan hadir. Sesi tanya jawab membludak! Rupanya bukan hanya saya yang tersihir dengan kata-kata Pak Taufik, namun semua mahasiswa juga. Tampak dari jumlah penanya yang sangat banyak. Saya sampai bingung dan khawatir melihatnya. Sebenarnya saya merasa bahagia melihat antusias mahasiswa yang kian tinggi, namun sekaligus khawatir karena durasi juga terbatas.
Penanya membludak!
Sambil menunggu Pak Taufik Rahzen usai menyampaikan materi, panitia divisi acara dan seluruh pendamping berkumpul untuk persiapan sesi lingkar wacana. Usai sesi materi dari Pak Taufik, kami seharusnya memulai sesi lingkar wacana. Namun, Mbak Thifa berteriak memanggil saya saat hendak memberi instruksi.

“Mi, barusan aku dapat intervensi dari Pak Zul. Ada orang BSM (Bank Syariah Mandiri) mau nyampein sesuatu,” kata Mbak Thifa.

Saya menatap Mbak Thifa dengan raut terkejut. “Butuh berapa lama, Mbak?”

“Setengah jam cukup.”

Saya menghela napas sejenak. “Ya udah, Mbak, dikasih sebelum lingkar wacana aja,” kata saya akhirnya.

Pihak BSM akhirnya mengisi panggung utama untuk mensosialisasikan BSM dan program-program yang dimiliki. Setelah 30 menit, kami kembali mengambil alih kegiatan untuk lingkar wacana. Saya segera bergabung dengan Nora dan Ahmad, pendamping pleton DKI Jakarta dan Banten.
Presentasi dari BSM
Lingkar wacana kali ini bertema ‘Tri Dharma Perguruan Tinggi, Posisi, Potensi, dan peran Mahasiswa (Popope), dan Visi Hidup’. Kami hanya punya waktu satu jam untuk menyampaikan materi yang sebenarnya merupakan inti utama dari Respek. Nora menjelaskan tentang Tri Dharma, saya mengambil alih Popope, lalu Ahmad menyampaikan Visi Hidup. Kami mencoba untuk menjelaskan dengan sebaik-baiknya tiga materi ini.

Intinya, perguruan tinggi memiliki kewajiban dalam menjalankan sistem perguruan tinggi di Indoensia, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian masyarakat. Nah, sebagai mahasiswa yang dididik di perguruan tinggi, posisi mereka adalah masyarakat sipil terpelajar yang berada di antara pemerintah dan masyarakat. Mahasiswa memiliki potensi untuk berpikir kritis, memiliki idealisme, dan berkomunikasi dua arah. Dengan potensi itu, mahasiswa bisa mengkritisi kebijakan pemerintah, menyampaikan permasalahan di masyarakat, serta mensosialisasikan kebijakan pemerintah ke masyarakat. Mahasiswa memegang peran penting sebagai agen perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, menjaga nilai-nilai luhur yang hidup di masyarakat, generasi yang akan menggantikan generasi sekarang dalam menjalankan kehidupan bangsa, serta menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Selanjutnya, sebagai mahasiswa, mereka harus memiliki visi hidup yang jelas selama menjalani kehidupan kampus, apa yang ingin mereka capai dan bagaimana mereka akan mencapai tujuan tersebut.
Sesi lingkar wacana


Alhamdulillah lingkar wacana berjalan kondusif. Memang tidak semuanya berani menyampaikan pendapat. Ada beberapa mahasiswa yang harus kami tunjuk dulu baru mau berbicara. Kendati demikian, saya bangga menyaksikan generasi penerus kami di UTS mampu memahami ‘jiwa’ mereka sebagai mahasiswa dengan baik. Selamat datang di dunia mahasiswa, adik-adik!

Acara dilanjutkan ke sesi Ishoma, lalu penyampaian kuliah umum secara panel dari Bapak Agus Talino (Pimred Harian Suara NTB) dan Dr. Kyai. H. Zulkifli Muhadli (Mantan Bupati KSB) dengan tema ‘Kepemimpinan’. Dari kedua pembicara, saya megambil pelajaran bahwa kepemimpinan yang baik harus berpihak kepada rakyat dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar harus membela rakyat dari pemimpin yang zhalim.
Pak Ahmad (kanan) bersama Pak Agus Talino
Dr. Kyai H. Zulkifli Muhadli

Suasana kuliah umum
Materi usai pukul 14.40. Acara kemudian dilanjutkan dengan psikotest untuk seluruh mahasiswa hingga pukul 15.40. Tidak hanya mereka, saya pun ikut mengisi lembar psikotest, hehehe. Tes ini berguna untuk mengetahui bidang apa yang menjadi minat kerja mahasiswa (occupation test). Acara kemudian dilanjutkan shalat Ashar.

Mbak Thifa memberi instruksi




Usai shalat Ashar, panitia mengumumkan atribut dan spek yang harus dibawa besok, serta mengumpulkan tugas hari ini. Usai apel kepulangan, mahasiswa diminta mengambil baju Respek dan jas almamater di meja-meja prodi yang telah berjejer di pinggir jalan gedung BNI.

Beberapa spek yang akan dibagikan untuk bakti sosial
Alhamdulillah hari ini semua berjalan lancar. Kami merayakan keberhasilan acara hari ini dengan menari bersama di tengah lapangan utama. Sayangnya, itu bukan keputusan yang bijak.
Kepulangan peserta

Selfie di akhir acara


Insiden pembawa 'petaka' wkwkwk
Malam saat evaluasi, dalam kegelapan malam karena listrik mati, Kak Surya, Mbak Thifa, dan Pak Win menghujani kami dengan kritikan atas aksi kami sore tadi.

“Kita harusnya selesai jam 5. Tapi tadi, mahasiswa baru ninggalin kampus setengah 6. Kenapa bisa gitu? Karena kalian nggak sigap nanganin mahasiswa! Kalau kalian masih lihat tumpukan mahasiswa di jalan, harusnya kalian bantu. Suruh cepat ambil baju, suruh cepat ninggalin arena, bukannya malah nari nari di lapangan. Pihak Rektorat udah bilang, kan, kalo setelah jam 5 mahasiswa belum bubar, mereka nggak akan tanggung jawab,” kata Mbak Thifa.

Kak Surya tidak kalah pedas menyampaikan kritiknya. “Jujur, saya malu sama dosen SC liat tingkah kalian di lapangan. Saya nggak mungkin nyuruh kalian berhenti, tapi harusnya kalian bisa lihat perubahan ekspresi kami. Nggak ada yang senang dengan yang kalian lakukan tadi,” kata beliau. “Apa kalian siap jadi pemimpin?!” teriak beliau.

“Siap!!!” teriak kami semua.

“Kalau kalian pemimpin, maka berpikirlah seperti seorang pemimpin! Kalau kalian pemimpin, maka berkatalah seperti seorang pemimpin! Kalau kalian pemimpin, maka bertindaklah seperti seorang pemimpin!” suara Kak Surya menggelegar di keremangan malam.

Pak Win menambahkan, “Kalau saya jadi mahasiswa dan melihat kalian tadi, saya akan bilang bahwa panitia tidak serius menangani Respek. Kalian sudah kehilangan wibawa di mata mereka. Harusnya kalian bisa baca situasi juga. Kita bukannya nggak bisa senang-senang, tapi kalau masih ada mahasiswa ya tolong jaga wibawa kalian. Kalian juga pasti nggak mau, kan, dipandang sebelah mata sama mahasiswa?”

Tidak ada yang bersuara. Saya merasa malu dengan insiden sore tadi. Sebenarnya saya memang melihat raut wajah Kak Surya dan dosen SC tidak ada yang tersenyum sedikitpun. Sayangnya, saya kurang peka. Saya berpikir itu semata-mata karena kelelahan, tapi saya salah. Rasanya saya tidak berani menatap siapapun malam ini.

Listrik masih mati. Saya pun berjalan di keremangan malam, membaringkan diri di aspal sambil memandang jutaan bintang yang terhampar jauh di langit. Saya hanya berharap semuanya akan baik-baik saja besok.

Malam ini belum usai. Pukul 23.00, kami melakukan simulasi outbond—bertepatan dengan listrik menyala. Saya menjelaskan aturan main kepada teman-teman panitia dan melakukan simulasi. Saya harus berjuang keras agar teman-teman saya bisa mendengarkan instruksi yang diberikan karena di saat bersamaan ada UKM Seni juga yang sedang latihan untuk renungan lilin besok, which means suara saya harus beradu dengan sound system. Simulasi kami berjalan cukup sukses. Teman-teman saya menikmati kegiatan simulasi malam ini, kendati waktu sudah hampir tengah malam. Saya hanya berharap kegiatan outbond besok bisa berjalan lancar. Pukul 00.30 kami usai.


Saya pun memejamkan mata. Semoga hari ketiga semua berjalan dengan baik, aamiin...

2 komentar:

  1. nggak nyangka ternyata perjuangan kakak panitia Respek luar biasa.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya gitu Askar. Sebagai senior, kami harus ngasih contoh yang baik untuk maba :)

      Hapus