Dear Unegers!
Di penghujung masa KKN kami, ada satu terobosan yang
kami buat bekerja sama dengan Ibu PKK Desa Sebasang. Yaaaah, bisa dibilang ini
udah rada telat sih, tapi nggak ada salahnya dicoba kan? ^^
Jadi ceritanya, di minggu-minggu terakhir KKN, kami
sering keluyuran di kampung-kampung. Kami baru menyadari bahwa ada pemandangan
yang lumrah di beberapa kampung, yakni tumbuhnya pohon sawo di halaman rumah
tiap warga.
“Owee, pang nta peno benar sawo, duan ee. Sarea bale
pang karang ta ada tanam sawo (Di sini ada sangat banyak sawo. Semua rumah di
kampung ini menanam sawo)”, kata Paman Ruslan Ketua LPM yang kami kunjungi
rumahnya satu waktu. Sawonya juga lucu Unegers. Biasanya sawo kan bentuknya
bulat lonjong, nah kalo di sini sawonya berbentuk bulat sempurna, persis
seperti apel Malang. Karena itu, sawonya dikasih nama ‘sawo apel’. Sawo ini
nggak bisa dimakan langsung, harus diperam 3-4 hari baru bisa dimakan. Soal
rasa, beeeuuuhh!!! Dahsyat!!!
Nah, setelah mengetahui fakta tersebut, kami seolah
mendapatkan ‘eureka moment’ untuk melakukan sesuatu dengan sawo ini. Akhirnya,
geng Twelovers putri yang digawangi Uci, Uun, Arona, dan Fitri mencoba meramu
sawo itu ke dalam bentuk olahan. Tadaaaa!!! Jadilah brownis sawo! ^^
Sebenarnya brownis sawo ini secara rasa termasuk
prospektif, hanya saja bentuk akhirnya terkesan ‘berat’ untuk ukuran kue,
jadilah kami mencari formulasi baru untuk produk olahan berbasis sawo. Jadilah
dua produk baru, yakni bolu sawo dan dodol sawo. Eureka!!!!
Setelah produk olahan kami menemukan formula yang
tepat, kami berkonsultasi dengan Ibu-Ibu PKK Desa Sebasang untuk melakukan demo
masak. Alhamdulillah ide kami disetujui. Kami pun merancang kegiatan demo
memasak bersama di hari Minggu (28 Agustus).
Hari Minggu, 28 Agustus 2016
Sejak pagi hari, kami telah memulai kesibukan di
posko. Ada yang belanja bahan, membereskan posko, dan mengerjakan beberapa
program KKN yang lain. Saya sendiri bersama Ulil bertandang ke rumah Anas,
salah satu anggota remaja masjid. Awalnya niatan mau rapat bersama, sayangnya
anak-anak ternyata lagi pada sibuk, jadi terpaksalah rapatnya kita ganti dengan
agenda lain: makan-makan!!! Hanya ada kami berempat: saya, Anas, Ulil, dan Eni.
Macam-macam obrolan pun mengalir, hingga tak terasa waktu telah menunjukkan
pukul 14.30.
![]() |
Berburu sawo bersama adik-adik di Sebasang |
Kami pamit pulang ke posko karena acara dengan
ibu-ibu akan segera dimulai. Saat kami kembali dari posko, rombongan ibu-ibu
telah ramai di halaman bersama anggota Twelovers putri. Semuanya sedang asyik
berbincang sambil menunggu beberap ibu yang tiba kemudian. Hmmm, kalo udah
momennya ibu-ibu, kami yang cowok akhirnya memilih menyingkir sejenak dari
lokasi, wkwkwk.
Pukul 15.00, acara demo masak dimulai. Semua ibu
diberikan kertas berisi resep dan cara membuat dodol dan bolu sawo. Uci dan
Ningsih gantian menjelaskan kepada ibu-ibu, kemudian beberapa Ibu mencoba
membuat langsung. Nah, pas bagian nyicip-nyicip, barulah cowok-cowok beraksi,
wkwkwk.
![]() |
Suasana posko saat demo masak |
Untuk bolu sawo, tekstur kue sudah lembut dan lebih
‘ringan’ ketimbang brownis yang kami buat pertama kali. Rasa sawonya terwakili
dengan baik, dan ada tekstur potongan buah sawo terasa di lidah. Bagian yang
saya suka dari bolu sawonya sendiri yaitu ampas sawo yang tersebar di seluruh
permukaan bolu seperti motif bercak, yang membuat tampilan bolu menjadi sangat
khas. Soal rasa, kami berikan standing applause buat tim Twelovers dan Ibu PKK.
Prok prok prok!!!
Kemudian untuk dodol sawo, secara rasa udah ‘sawo
banget’ lah, hohoho. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah teksturnya yang
terlalu lembek. Untuk itu kami masih harus mencari formula baru untuk dodol
kami.
Di akhir, kami menemukan nama untuk kedua produk
kami, yaitu Bosang (Bolu Sawo Sebasang) dan Dosa (Dodol Sawo Sebasang). Yeay!
Semoga kreasi kami ini bisa bermanfaat bagi warga masyarakat Desa Sebasang
untuk mengolah potensi yang dimiliki menjadi suatu produk yang lebih bernilai
ekonomis.
![]() |
Pasca acara: waktunya makan-makan!!! ^^ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar