Dear Unegers!
Tak terasa, sudah empat minggu kami menjalani
program KKN di Desa Sebasang. Banyak sekali kejadian memorable yang terjadi di antara kami. Jangankan dalam hubungan
pertemanan, bahkan dalam hubungan keluarga pun konflik itu tak jarang terjadi.
Hal yang sama juga menimpa kami para Twelovers. Sejak awal kedatangan kami, semua telah
berkomitmen untuk menjadi satu keluarga. Kami tidak menyebut posko kami sebagai
‘posko’. Bagi kami, tempat kami adalah ‘rumah’. Rumah tempat berkumpul,
bercanda, berjuang bersama, dan menyelesaikan masalah.
Keluarga kami bukan keluarga yang ‘hidup tenang
baik-baik saja’. Konflik internal dan eksternal mewarnai perjalanan kami. Berbagai
hambatan merintangi kami dalam menjalankan program. Namun dengan rintangan itu,
kami mencoba menjadi lebih kuat untuk menghadapi permasalahan kami.
Lepas konflik eksternal, giliran konflik internal
yang menghampiri kami. Kesalahpahaman beberapa kali terjadi, entah karena belum
mengetahui kebiasaan masing-masing atau karena rasa tidak nyaman yang terjadi
di antara kami. Bahkan pernah pada satu malam, simulasi ‘Perang Dunia III’
pecah di rumah kami. Luapan perasaan yang sebelumnya hanya tertahan, rupanya
telah menjadi bara api dan meledak bak bom waktu. *mohon maaf, bagian ini harus
disensor demi kenyamanan semua pihak*
Namun, bukan Twelovers namanya jika tidak berhasil
menyelesaikan misi. Keterbukaan. Itulah kunci pamungkas kami untuk membuka
berbagai kebekuan, kekakuan, dan kebisuan kala konflik melanda. Rumah kami
menjadi saksi, bahwa semua masalah yang kami hadapi bisa terselesaikan ketika
keterbukaan itu datang. Terbuka untuk mengakui isi hati. Terbuka untuk saling
menerima masukan. Terbuka untuk saling menerima kekurangan. Keterbukaan inilah amunisi
terbaik yang kami miliki untuk bertarung melewati semua tantangan dalam bahtera
‘keluarga’ kami.
Ada yang mengatakan ‘ada pelangi setelah badai’. Setelah konflik yang terjadi, bukan dendam yang tercipta di hati kami. Justru sebaliknya,
kami menjadi semakin dekat satu sama lain. Kami menjadi lebih saling mengerti
dan memahami satu sama lain. Kami selalu mencoba untuk saling mengikhlaskan apa
yang terjadi sebagai pembelajaran bagi kami semua. Saya percaya, berada di
tengah konflik itu terasa pahit. Namun ketika kita berusaha untuk mencari
penyelesaiannya, di situlah kita akan tersadar, bahwa konflik itu ada untuk
membuat kita semakin kuat, semakin solid, dan semakin kokoh.
Keterbukaan itu bisa kami dapatkan jika kami berkumpul dan duduk bersama. Karena itulah, posisi diskusi sangat krusial bagi Twelovers. Kami selalu mengedepankan diskusi dalam menentukan proyek KKN ataupun saat berkonsultasi dengan perangkat desa. Kami sadar, proyek kami ini berjalan di atas kebersamaan. Karena itulah, kami perlu mendengar masukan dari berbagai pihak demi kesuksesan bersama.
Well, at the end of this posting, saya berharap kemesraan hubungan dalam keluarga kami tetap terjaga. Masalah boleh datang kapan saja, namun dengan kemesraan yang kami miliki, kami siap menghadapi semuanya. Fighting!!!
![]() |
Diskusi bersama perangkat desa |
![]() |
Diskusi persiapan Malam Apresiasi Seni dan Budaya 'Suar Teja Raboran' |
![]() |
Siang siang maskeran :'D |
![]() |
Menysusuri jalan setapak desa untuk proyek KKN |
![]() |
Mungkin Toni lelah wkwkwk |
![]() |
Persiapan proyek perpustakaan |
![]() |
Diskusi dengan Pak Jihad selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar