Minggu, 28 Agustus 2016

Perlombaan Islami 2016: Yuk ke Masjid!

Dear Unegers!

Uwaaahh, nggak terasa loh Unegers semuanya, masa KKN kami di Desa Sebasang udah mau beres. Kami masih ngutang beberapa program dengan keluarga besar kami di Desa Sebasang ini. Semakin menjelang habis masa KKN, rasa baper ini mulai melanda, huhuhu… T_T

Anyway, ada satu pesan Paman Her—Kepala Desa Sebasang—kepada kami saat baru menapakkan kaki di Desa Sebasang. “Tolong bantu kami untuk memperbaiki akhlak pemuda-pemuda di Desa Sebasang. Kalo bisa, kalian rangkul mereka, ajak ke masjid, ramaikan masjid,” kira-kira begitu permintaan beliau. To be honest, it’s so hard! Memperbaiki diri sendiri aja saya belum beres, kemudian dapat pesan untuk merangkul teman-teman di sini. Rasanya belum siaaaaap. Tapi bagaimanapun juga, itu adalah amanah dari tuan rumah, yang menurut kami ‘harus coba diselesaikan’.


Akhirnya, lahirlah kelas mengaji yang kami adakan ba’da Ashar tiga hari dalam seminggu. Target kami tidak muluk-muluk. Paling tidak, dari sekian banyak anak dan remaja yang ada di Sebasang, kami bisa merangkul adik-adik kami yang masih SD dan SMP untuk aktif dalam kegiatan keagamaan. Kami memposisikan diri sebagai contoh untuk mereka ikuti. Alhamdulillah, beberapa hari belakangan ini anak-anak yang datang shalat berjamaah ke masjid cukup banyak.

Nah, kelanjutan dari program keagamaan kami adalah ingin mengetahui sejauh mana pemahaman agama adik-adik di Desa Sebasang. Lahirlah ‘Perlombaan Islami 2016’ yang kami kerjakan bersama teman-teman Remaja Masjid Nurul Iman. Kami melaksanakan program ini selama 4 hari, yakni tanggal 18-21 Agustus 2016.

Sejak dua minggu sebelumnya, kami sudah mulai berdiskusi tentang konsep perlombaan ini. Apa saja mata lombanya, kelompok peserta, sampai teknis pelaksanaan. Perlombaan seperti ini sebelumnya sudah pernah diadakan saat Ramadhan lalu, dengan evaluasi lomba cerdas cermat tidak terlaksana karena peminatnya sedikit. “Ya udah, kalo gitu berarti target pertama yang harus bisa terlaksana adalah lomba cerdas cermat ya,” kata saya saat rapat. Akhirnya setelah berdiskusi, kami memilih enam mata lomba yang akan dilaksanakan, yakni Adzan, Hafidz Surat Pendek, Tilawah Al-Qur’an, Kaligrafi, Pildacil, dan Cerdas Cermat.

Seminggu menjelang perlombaan, mulailah kami mempromosikan Perlombaan Islami 2016 ke sekolah-sekolah yang ada di sekitar Desa Sebasang. Alhamdulillah respon yang kami terima cukup baik. Kami bahkan jalan class to class saat bertamu ke SMPN 1 Moyo Hulu. Untuk adik-adik di SD, kami umumkan juga saat di kelas mengaji pun saat berpapasan di jalan desa.

Hari H Lomba: Pesertanya mana???

Banyak jalan menuju Roma, tapi nggak semua jalannya mulus, wkwkwk. Ternyata promosi yang kami lakukan belum cukup ‘menggertak’ nyali adik-adik kami untuk berpartisipasi. Udah gitu, kami lupa mengumumkan perihal lomba ini via masjid, padahal biasanya selalu ke masjid untuk diumumkan ke khalayak ramai.

“We, Na’im! Kuda buwa ngka jadi mu umum kalis saperap petang, gina? (Na’im! Kenapa nggak jadi diumumkan dari semalam?)” kata saya pada Na’im, salah satu anggota Remaja Masjid.

Weee, ba atek no jadi. Sia ngka beling apa-apa gina ko saya (yaaah, saya kira nggak jadi. Kakak nggak bilang apa-apa sih ke saya),” kata Na’im.

Owee, jina kamo tu bada kaling pas rapat, umum mo kalis dua petang sanopoka lomba (lah, kan udah dikasih tau dari pas rapat, diumumkan akan dari dua malam sebelum lomba),” kata saya gemas.  Ba ya mo, ma tu umum mo langsung to (ya udah, kita langsung umumkan aja sekarang),” kata saya akhirnya. Malam perlombaan itu akhirnya pengumuman resmi Perlombaan Islami 2016 dirilis. Sore harinya, saya dan Munira sempat berkunjung ke beberapa rumah Ketua RT, Kepala Dusun, dan Kepala Desa untuk ikut meramaikan malam pembukaan lomba.

Hingga perlombaan akan dimulai, jumlah pesertanya masih dikit banget. Saya sampai ngedumel sendiri dalam hati, ‘ini anak-anak desa pada ke mana, sih? Siang-siang pulang sekolah rame banget. Giliran ikut lomba pada nggak muncul, padahal udah dikasih undangan ke sekolah, udah dikasih tau lewat kelas ngaji, eeeeh masih aja pesertanya nggak ada! -__-‘

Persiapan kali ini pun bisa dibilang lebih matang. Dalam surat undangan yang kami sebar, kami sudah menyertakan lengkap dengan kriteria peserta lomba, penilaian, poster, dan jadwal perlombaan. Bahkan untuk lomba cerdas cermat, kami memberikan materi soal langsung ke pihak sekolah masing-masing untuk diperbanyak sendiri. Mungkin itu sebabnya murabbi saya dulu pernah ngomong ‘Udah sunnatullah kalo mengajak orang ke perbuatan baik itu lebih sulit dibandingkan mengajak ke perbuatan maksiat’.

Kendati demikian, kami selaku panitia tentu saja tidak boleh patah semangat. Kami menghargai semua peserta yang telah mendaftar, setidaknya mereka sudah ada niatan untuk ikut berpartisipasi.

Namun ternyata, keluhan dalam hati saya tidak semuanya benar. Tepat beberapa saat setelah pengumuman masjid, warga masyarakat dan anak-anak berbondong-bondong ke masjid. Kami malah sampai kewalahan karena peserta ‘on the spot’ nya malah lebih banyak ketimbang yang sudah mendaftar di awal. “Sudah biasa Kak kayak gitu. Dulu pas kita lomba juga kewalahan pas malam lomba,” kata Na’im.

Usai pembukaan, kami memulai perlombaan dengan Lomba Hafidz Surat Pendek untuk kelas anak-anak (SD kelas 2,3, dan 4) dan remaja (SD kelas 5 dan 6, SMP). Keesokan harinya, kami memulai lomba ba’da Ashar dengan Hafidz Surat Pendek untuk kelas pemula (PAUD, TK, dan SD kelas 1). Malam harinya dilanjutkan dengan Lomba Tilawah Al-Qur’an. Sabtu malam ba’da Isya, kami menggelar perlombaan Adzan. Perlombaan selanjutnya (Pildacil dan Cerdas Cermat) kami undur hingga tanggal 25 Agustus karena jumlah peserta masih sedikit, sedangkan lomba kaligrafi kami tiadakan karena tidak ada pendaftar. Di sela waktu tersebut, kami kembali mencari peserta untuk kedua lomba. Alhamdulillah, meskipun tidak banyak peningkatan, namun ada juga yang mendaftar susulan.

Hari Kamis ba’da Ashar, kami menggelar perlombaan yang tersisa, yakni Cerdas Cermat dan Pildacil. Lomba diawali dengan Cerdas Cermat, yang untuk edisi perdana diikuti enam tim. Kami pun membagi menjadi dua kali babak penyisihan, masing-masing diikuti tiga tim. Dua tim teratas kemudian melaju ke putaran final. Jeda babak penyisihan dan final diisi dengan lomba Pildacil dengan Ildha sebagai peserta tunggal *jiaaaahhh, tepok jidat*. Entah kenapa, lomba Pildacil yang pada edisi sebelumnya menjadi primadona malah jadi underrated di edisi kali ini.

Usai penampilan Pildacil, kami pun menggelar babak final. Pertandingan kali ini berlangsung jauh lebih sengit. Masing-masing tim berusaha keras melahap setiap pertanyaan yang diberikan, terlihat dari skor di babak soal paket yang saling mepet-mepetan. Memasuki babak soal rebutan, tensi perlombaan kian memanas. Karena tidak ada bel, kami pun menggunakan sistem ‘angkat tangan’ untuk menentukan tim yang berhak menjawab soal. Masing-masing tim saling beradu cepat di sepanjang pertandingan. Dewan hakam bahkan sempat mengganti pengamat di akhir lomba untuk menjaga objektifitas perlomban.

Setelah berjuang cukup panjang, akhirnya didapatkanlah urutan pemenang lomba cerdas cermat. Juara pertama diraih regu Nur Huda yang digawangi kolaborasi siswi SMP dan SD. Juara kedua diraih regu Siti Hajar dari siswi SMPN 1 Moyo Hulu yang bermukim di Desa Semamung. Juara ketiga direbut regu Al-Muhaimin, kombinasi siswa SD dan SMP. Sedangkan regu Ashabul kahfi yang diisi oleh siswa siswi SDN 1 Sebasang Ketanga harus puas di posisi keempat.

Alhamdulillah, rangkaian Perlombaan Islami 2016 telah usai. Pengumuman pemenang lomba serta penyerahan hadiah akan diserahkan pada tanggal 31 Agustus malam dirangkaikan dengan Malam Perpisahan KKN UTS Desa Sebasang.

Saya merasa bangga menyaksikan semangat juang adik-adik di sini selama perlombaan berlangsung. Mereka saling mendukung satu sama lain dan selalu mencoba memberikan usaha maksimal. Mungkin yang paling memorable itu pas lomba hafidz surat pendek untuk pemula. Beberapa anak sampai harus ditemani orangtuanya saat maju. Ada juga yang tiba-tiba menangis di tengah bacaan lalu berlari ke orangtuanya. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang tampil dengan gagah berani menghadapi dewan hakam.


Semoga dengan diadakannya perlombaan ini, ada motivasi yang timbul dari adik-adik kami untuk mempelajari ilmu agama secara lebih intensif. Mungkin modus di awalnya supaya bisa menang lomba. Namun seiring berjalannya waktu, saya yakin mereka akan memahami bahwa semua itu semata-mata untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di hadapan Allah Swt., tentunya dengan bimbingan dari pihak orangtua, keluarga, guru di sekolah, guru mengaji, serta lingkungan sekitar mereka.

Moments:

Antusiasme adik-adik mengikuti perlombaan
Munira jadi MC tunggal selama acara
Panitia standby ^^
Briefing sebelum lomba dimulai

Peserta Lomba Adzan



Persiapan lomba cerdas cermat






NB: thanks to all my Twelovers who took these picts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar