Dear Unegers!
Uwaaahh, nggak terasa loh Unegers semuanya, masa KKN
kami di Desa Sebasang udah mau beres. Kami masih ngutang beberapa program
dengan keluarga besar kami di Desa Sebasang ini. Semakin menjelang habis masa
KKN, rasa baper ini mulai melanda, huhuhu… T_T
Anyway, ada satu pesan Paman Her—Kepala Desa
Sebasang—kepada kami saat baru menapakkan kaki di Desa Sebasang. “Tolong bantu
kami untuk memperbaiki akhlak pemuda-pemuda di Desa Sebasang. Kalo bisa, kalian
rangkul mereka, ajak ke masjid, ramaikan masjid,” kira-kira begitu permintaan
beliau. To be honest, it’s so hard! Memperbaiki diri sendiri aja saya belum
beres, kemudian dapat pesan untuk merangkul teman-teman di sini. Rasanya belum
siaaaaap. Tapi bagaimanapun juga, itu adalah amanah dari tuan rumah, yang
menurut kami ‘harus coba diselesaikan’.
Akhirnya, lahirlah kelas mengaji yang kami adakan
ba’da Ashar tiga hari dalam seminggu. Target kami tidak muluk-muluk. Paling
tidak, dari sekian banyak anak dan remaja yang ada di Sebasang, kami bisa
merangkul adik-adik kami yang masih SD dan SMP untuk aktif dalam kegiatan
keagamaan. Kami memposisikan diri sebagai contoh untuk mereka ikuti.
Alhamdulillah, beberapa hari belakangan ini anak-anak yang datang shalat
berjamaah ke masjid cukup banyak.
Nah, kelanjutan dari program keagamaan kami adalah
ingin mengetahui sejauh mana pemahaman agama adik-adik di Desa Sebasang.
Lahirlah ‘Perlombaan Islami 2016’ yang kami kerjakan bersama teman-teman Remaja
Masjid Nurul Iman. Kami melaksanakan program ini selama 4 hari, yakni tanggal
18-21 Agustus 2016.
Sejak dua minggu sebelumnya, kami sudah mulai
berdiskusi tentang konsep perlombaan ini. Apa saja mata lombanya, kelompok
peserta, sampai teknis pelaksanaan. Perlombaan seperti ini sebelumnya sudah
pernah diadakan saat Ramadhan lalu, dengan evaluasi lomba cerdas cermat tidak
terlaksana karena peminatnya sedikit. “Ya udah, kalo gitu berarti target
pertama yang harus bisa terlaksana adalah lomba cerdas cermat ya,” kata saya
saat rapat. Akhirnya setelah berdiskusi, kami memilih enam mata lomba yang akan
dilaksanakan, yakni Adzan, Hafidz Surat Pendek, Tilawah Al-Qur’an, Kaligrafi,
Pildacil, dan Cerdas Cermat.
Seminggu menjelang perlombaan, mulailah kami
mempromosikan Perlombaan Islami 2016 ke sekolah-sekolah yang ada di sekitar
Desa Sebasang. Alhamdulillah respon yang kami terima cukup baik. Kami bahkan
jalan class to class saat bertamu ke SMPN 1 Moyo Hulu. Untuk adik-adik di SD,
kami umumkan juga saat di kelas mengaji pun saat berpapasan di jalan desa.
Hari H Lomba: Pesertanya mana???
Banyak jalan menuju Roma, tapi nggak semua jalannya
mulus, wkwkwk. Ternyata promosi yang kami lakukan belum cukup ‘menggertak’
nyali adik-adik kami untuk berpartisipasi. Udah gitu, kami lupa mengumumkan
perihal lomba ini via masjid, padahal biasanya selalu ke masjid untuk diumumkan
ke khalayak ramai.
“We, Na’im! Kuda buwa ngka jadi mu umum kalis
saperap petang, gina? (Na’im! Kenapa nggak jadi diumumkan dari semalam?)” kata
saya pada Na’im, salah satu anggota Remaja Masjid.
“Weee, ba atek no jadi. Sia ngka beling apa-apa gina
ko saya (yaaah, saya kira nggak jadi. Kakak nggak bilang apa-apa sih ke saya),”
kata Na’im.
“Owee, jina kamo tu bada kaling pas rapat, umum mo
kalis dua petang sanopoka lomba (lah, kan udah dikasih tau dari pas rapat,
diumumkan akan dari dua malam sebelum lomba),” kata saya gemas. “Ba ya mo, ma
tu umum mo langsung to (ya udah, kita langsung umumkan aja sekarang),” kata
saya akhirnya. Malam perlombaan itu akhirnya pengumuman resmi Perlombaan Islami
2016 dirilis. Sore harinya, saya dan Munira sempat berkunjung ke beberapa rumah
Ketua RT, Kepala Dusun, dan Kepala Desa untuk ikut meramaikan malam pembukaan
lomba.
Hingga perlombaan akan dimulai, jumlah pesertanya
masih dikit banget. Saya sampai ngedumel sendiri dalam hati, ‘ini anak-anak
desa pada ke mana, sih? Siang-siang pulang sekolah rame banget. Giliran ikut
lomba pada nggak muncul, padahal udah dikasih undangan ke sekolah, udah dikasih
tau lewat kelas ngaji, eeeeh masih aja pesertanya nggak ada! -__-‘
Persiapan kali ini pun bisa dibilang lebih matang.
Dalam surat undangan yang kami sebar, kami sudah menyertakan lengkap dengan
kriteria peserta lomba, penilaian, poster, dan jadwal perlombaan. Bahkan untuk
lomba cerdas cermat, kami memberikan materi soal langsung ke pihak sekolah
masing-masing untuk diperbanyak sendiri. Mungkin itu sebabnya murabbi saya dulu
pernah ngomong ‘Udah sunnatullah kalo mengajak orang ke perbuatan baik itu
lebih sulit dibandingkan mengajak ke perbuatan maksiat’.
Kendati demikian, kami selaku panitia tentu saja
tidak boleh patah semangat. Kami menghargai semua peserta yang telah mendaftar,
setidaknya mereka sudah ada niatan untuk ikut berpartisipasi.
Namun ternyata, keluhan dalam hati saya tidak semuanya
benar. Tepat beberapa saat setelah pengumuman masjid, warga masyarakat dan
anak-anak berbondong-bondong ke masjid. Kami malah sampai kewalahan karena
peserta ‘on the spot’ nya malah lebih banyak ketimbang yang sudah mendaftar di
awal. “Sudah biasa Kak kayak gitu. Dulu pas kita lomba juga kewalahan pas malam
lomba,” kata Na’im.
Usai pembukaan, kami memulai perlombaan dengan Lomba
Hafidz Surat Pendek untuk kelas anak-anak (SD kelas 2,3, dan 4) dan remaja (SD
kelas 5 dan 6, SMP). Keesokan harinya, kami memulai lomba ba’da Ashar dengan
Hafidz Surat Pendek untuk kelas pemula (PAUD, TK, dan SD kelas 1). Malam
harinya dilanjutkan dengan Lomba Tilawah Al-Qur’an. Sabtu malam ba’da Isya,
kami menggelar perlombaan Adzan. Perlombaan selanjutnya (Pildacil dan Cerdas
Cermat) kami undur hingga tanggal 25 Agustus karena jumlah peserta masih
sedikit, sedangkan lomba kaligrafi kami tiadakan karena tidak ada pendaftar. Di
sela waktu tersebut, kami kembali mencari peserta untuk kedua lomba.
Alhamdulillah, meskipun tidak banyak peningkatan, namun ada juga yang mendaftar
susulan.
Hari Kamis ba’da Ashar, kami menggelar perlombaan
yang tersisa, yakni Cerdas Cermat dan Pildacil. Lomba diawali dengan Cerdas
Cermat, yang untuk edisi perdana diikuti enam tim. Kami pun membagi menjadi dua
kali babak penyisihan, masing-masing diikuti tiga tim. Dua tim teratas kemudian
melaju ke putaran final. Jeda babak penyisihan dan final diisi dengan lomba
Pildacil dengan Ildha sebagai peserta tunggal *jiaaaahhh, tepok jidat*. Entah
kenapa, lomba Pildacil yang pada edisi sebelumnya menjadi primadona malah jadi
underrated di edisi kali ini.
Usai penampilan Pildacil, kami pun menggelar babak
final. Pertandingan kali ini berlangsung jauh lebih sengit. Masing-masing tim
berusaha keras melahap setiap pertanyaan yang diberikan, terlihat dari skor di
babak soal paket yang saling mepet-mepetan. Memasuki babak soal rebutan, tensi
perlombaan kian memanas. Karena tidak ada bel, kami pun menggunakan sistem
‘angkat tangan’ untuk menentukan tim yang berhak menjawab soal. Masing-masing
tim saling beradu cepat di sepanjang pertandingan. Dewan hakam bahkan sempat
mengganti pengamat di akhir lomba untuk menjaga objektifitas perlomban.
Setelah berjuang cukup panjang, akhirnya
didapatkanlah urutan pemenang lomba cerdas cermat. Juara pertama diraih regu
Nur Huda yang digawangi kolaborasi siswi SMP dan SD. Juara kedua diraih regu
Siti Hajar dari siswi SMPN 1 Moyo Hulu yang bermukim di Desa Semamung. Juara
ketiga direbut regu Al-Muhaimin, kombinasi siswa SD dan SMP. Sedangkan regu
Ashabul kahfi yang diisi oleh siswa siswi SDN 1 Sebasang Ketanga harus puas di
posisi keempat.
Alhamdulillah, rangkaian Perlombaan Islami 2016
telah usai. Pengumuman pemenang lomba serta penyerahan hadiah akan diserahkan
pada tanggal 31 Agustus malam dirangkaikan dengan Malam Perpisahan KKN UTS Desa
Sebasang.
Saya merasa bangga menyaksikan semangat juang
adik-adik di sini selama perlombaan berlangsung. Mereka saling mendukung satu
sama lain dan selalu mencoba memberikan usaha maksimal. Mungkin yang paling
memorable itu pas lomba hafidz surat pendek untuk pemula. Beberapa anak sampai
harus ditemani orangtuanya saat maju. Ada juga yang tiba-tiba menangis di
tengah bacaan lalu berlari ke orangtuanya. Kendati demikian, tidak sedikit pula
yang tampil dengan gagah berani menghadapi dewan hakam.
Semoga dengan diadakannya perlombaan ini, ada
motivasi yang timbul dari adik-adik kami untuk mempelajari ilmu agama secara
lebih intensif. Mungkin modus di awalnya supaya bisa menang lomba. Namun
seiring berjalannya waktu, saya yakin mereka akan memahami bahwa semua itu
semata-mata untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di hadapan Allah Swt.,
tentunya dengan bimbingan dari pihak orangtua, keluarga, guru di sekolah, guru
mengaji, serta lingkungan sekitar mereka.
Moments:
![]() |
Antusiasme adik-adik mengikuti perlombaan |
![]() |
Munira jadi MC tunggal selama acara |
![]() |
Panitia standby ^^ |
![]() |
Briefing sebelum lomba dimulai |
![]() |
Peserta Lomba Adzan |
![]() |
Persiapan lomba cerdas cermat |
NB: thanks to all my Twelovers who took these picts
Tidak ada komentar:
Posting Komentar